Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta melaporkan bahwa beras mengalami deflasi pada Mei 2024 sebesar 4,05% dan menjadi yang terdalam pada kurun waktu 4 tahun terakhir.
"Deflasi beras pada Mei 2024 sebesar 4,05% dengan andil 0,09% terhadap deflasi bulanan merupakan deflasi beras terdalam dalam empat tahun terakhir," kata Plt. Kepala BPS Provinsi DKI Jakarta Dwi Paramita Dewi di akun YouTube BPS DKI Jakarta, Senin (3/6/2024).
Dwi menjelaskan beras menjadi komoditas utama penyumbang deflasi bulanan Jakarta pada Mei 2024 sebesar 0,10%.
Berdasarkan catatan BPS, deflasi harga beras pada Mei 2024 ini merupakan kali kedua sepanjang 2024 setelah deflasi beras pada April 2024 sebesar 1,64%.
Deflasi beras ini, kata Dwi, dipicu karena adanya panen raya di sejumlah wilayah sentra produksi yang menjadi pemasok utama beras ke DKI Jakarta, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Hasil survei kerangka sampel area (KSA) oleh BPS juga menunjukkan bahwa sentra produksi padi tersebut memasuki puncak panen pada April 2024 sehingga menyebabkan ketersediaan beras meningkat.
Baca Juga
Selain karena panen raya, sejumlah barang dan jasa, termasuk beras mengalami penurunan harga karena permintaan kembali normal setelah berakhirnya momen Idul Fitri.
Meski menjadi penyumbang deflasi bulanan, di sisi lain beras juga menjadi komoditas utama penyumbang inflasi Mei 2024 secara tahunan sebesar 2,08%.
Kelompok makanan, minuman dan tembakau menjadi penyumbang inflasi tahunan pada Mei 2024 dengan tingkat inflasi sebesar 5,26%.
"Dari kelompok tersebut, beras menjadi komoditas utama penyumbang inflasi tahunan dengan inflasi sebesar 13,72%," kata Dwi.
Menurut Dwi, beras tetap menjadi andil utama inflasi tahunan Jakarta disebabkan perbedaan level harga Mei 2024 dibandingkan Mei 2023, sehingga masih tetap mengalami inflasi secara tahunan.
