EMPAT tahun dari sekarang, Jakarta akan memiliki mass rapid transit seperti kota-kota besar lain di dunia. Tahapan pembangunan MRT yang sudah direncanakan sejak 20 tahun lalu itu mulai direalisasikan pekan ini dengan harapan bisa rampung dan dioperoperasikan pada 2016.
Tahap pertama pembangunan MRT koridor Selatan Utara sepanjang 15,7 km dari Lebak Bulus hingga Bunderan Hotel Indonesia secara resmi di mulai pengerjaannyan di area Stadion Lebak Bulus Jakarta Selatan pada 26 April 2012.
Pencanangannya dilaksanakan oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo sebagai pertanda dimulainya tahap awal 5 pekerjaan proyek yaitu pemindahan terminal bus dan stadion olah raga Labak Bulus, pelebaran jalan Fatmawati, pemindahan utilitas dan pembangunan kantor proyek.
Tahapan yang semakin jelas menuju proses pembangunan kontruksi yang akan direalisasikan awal 2013, dengan harapan tidak ada aral melintang sehingga pelaksanaan pembangunan MRT senilai sekitar Rp17 triliun itu dapat berjalan lancer dan rampung pada 2016.
Walau ada riak-riak kecil di tengah proses pembangunan, tetapi dapat segera teratasi, seperti sejumlah warga jalan Fatmawati-Blok M Kebayoran Baru yang merasa khawatir bisnisnya terganggu akibat jaringan MRT dibangun melayang di atas jalan dan tidak di bawah tanah.
Namun, pada prinsipnya warga di sepanjang koridor bisnis yang cukup penting di wilayah Jakarta Selatan itu tidak keberatan MRT dibangun sesuai hasil kajian studi JICA, yaitu melayang atau di atas jalan Famawati hingga bunderan patung pemuda Senayan.
Warga Ibu Kota mendukung MRT menjadi alternatif solusi terbaik untuk mengatasi masalah lalu lintas dan transportasi masal di Jakarta, yang kondisinya kian parah seperti penyakit kronis, akibat pertumbuhan jumlah kendaraan mobil dan sepeda motor yang tidak terkendali.
Kondisi tersebut beriringan dengan perkembangan sarana transportasi masal di Ibu Kota yang justru menjadi semakin parah, dari kualitas pelayanannya yang jauh dari jaminan rasa nyaman dan aman serta tidak adanya jaminan ketepatan waktu sampai tujuan bagi penumpang.
Sekalipun busway Transjakarta, sebagai bus rapid transit dengan jalur khusus bebas hambatan, yang kini menjadi solusinya untuk mengatasi buruknya layanan bus kote regular seperti jenis bus besar Mayasari Bhakti dan PPD serta bus dengan Metromini.
Animo warga yang cukup besar terhadap busway Transjakarta bisa dilihat dari operasional armada yang terus berjubel penumpangnya. Namun sayang, hal itu tidak diimbangi dengan perawatan armada secara maksimal sehingga banyak yang rusak, terutama interiornya.
***
TENTU, mass rapid transit yang dioperasikan PT MRT Jakarta tidak boleh seperti kondisi Transjakarta sekarang, mengingat perencanaannya yang benar-benar matang hingga membutuhkan waktu sekitar 20 tahun dengan dukungan penuh dari Japan International Cooperation Agency (JICA).
Pembangunan jaringan subway tersebut merupakan proyek kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Jepang, dengan alokasi pendanaan dari JICA dan anggaran pendapatan dan belanja negara serta anggaran pendapatan dan belanja daerah DKI Jakarta..
Tidak seperti rencana pembangunan monorail yang akhirnya makrak dan monumennya terlihat di sejumlah ruas jalan utama di Ibu Kota, berupa tiang bakal penyangga jaringan kereta layang yang kondisnya belum jadi dan mengganggu keindahan tata ruang kota.
Berangkat dari kegagalan proyek swasta murni, pemprov pimpinan Fauzi Bowo-Prijanto lebih berhati-hati dalam perencanaan MRT, sebagaimana proyek serupa Tama Line di Tokyo perlu waktu 20 tahun untuk studi, MRT Singapura sekitar 10 tahun, dan New Delhi sekitar 15 tahun.
Peran MRT bukan hanya berfungsi menjadi solusi untuk masalah transportasi di Ibu Kota, mengigant kapasitas daya angkutnya yang mencapai 420.000 penumpang per hari. Tetapi, juga sekaligus menjadi icon bagi Jakarta sebagai ibu kota negara kesatuan republik Indonesia.
MRT dengan 13 stasiun yang terdiri dari 7 unit stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah, itu masing-masing akan menjadi pendorong bagi terciptanya pusat pertumbuhan bisnis baru yang dapat memicu pertumbuhah berbagai sektor ekonomi, khusunya perdagangan dan jasa.
Apalagi seluruh stasiunnya terintegrasi dengan moda transportasi yang lain seperti bus kota, busway Transjakarta dan kereta api. Di sanalah pusat pertemuan ribuan warga Ibu Kota yang hendak melanjutkan perjalanan sehingga menjadi potensi pasar yang prospektif.
Integrasi yang sangat strategis juga terjadi dengan layanan kereta rel listrik yang dioperasikan PT Commuter Line Jabodetabek, anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia yang melayani mobiltias komunter dari daerah sekitar Jakarta yang sehari-hari beraktivitas di Ibu Kota.
Dengan demikian MRT berperan sangat penting bagi Jakarta sebagai ibu kota negara yang seharusnya memiliki sistem transportasi dan lalu lintas yang baik, dan dapat memberikan jaminan kenyamanan, keamanan dan ketepatan waktu sampai tujuan bagi penumpangnya.
Peran strategis MRT yang terintegrasi dengan moda transprotasi lain akan memperlancar mobilitas warga dan arus barang sehingga dapat menjadi salah satu daya dorong yang efektif bagi pertumbuhan ekonomi di Jakarta. ([email protected])