Bisnis.com, JAKARTA - Tujuh pria setengah baya mendatangi Balai Kota atas undangan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo Kamis siang (26/9).
Mengenakan batik lengkap dengan kopyah penutup kepala, mereka dipersilakan masuk sebuah ruangan kantor yang beralamatkan di Jl Medan Merdeka Selatan itu.
Bapak-bapak ini merupakan tokoh masyarakat permukiman sekitar Waduk Ria Rio Pedongkelan Jakarta Timur yang sedang terkena proyek normalisasi oleh Pemprov DKI Jakarta.
Tanpa basa basi menghabiskan waktu, sang tuan rumah Jokowi mempersilakan santap makan siang yang sudah dipersiapkan.
Menu katering siang itu tidak ada yang istimewa karena sudah akrab dengan lidah masyarakat umum seperti daging, ayam, udang, sup lengkap buah buahan sebagai pencuci mulut.
Walaupun menunya biasa saja tetapi momennya yang istimewa karena perwakilan warga diundang khusus oleh tokoh popular negeri ini, yaitu Jokowi.
Bahkan mereka duduk satu meja budar saling berhadapan sambil menikmati sajian makan siang. Jokowi menyantap makanan diselingi obrolan ringan yang membuat tamu nyaman dengan undangan sangat langka ini.
Undangan makan siang ala Jokowi merupakan ajang lobi terhadap warga untuk memuluskan program Pemprov DKI. Pasalnya program normalisasi Waduk Ria Rio diwarnai protes warga yang menolak pindah ke rumah susun sewa (rusunawa) Pinus Elok lengkap dengan perabotan (fully furnished).
Alasan warga menolak relokasi lantaran enggan tinggal di rusunawa, selain itu minta uang kerohiman hingga Rp5 juta per KK serta muncul klaim tanah milik keluarga mantan Wakil Presiden Adam Malik.
Kendala tanah sudah diselesaikan tingkat pengadilan oleh pemilik lahan yakni PT Pulo Mas Jaya yang merupakan anak usaha BUMD PT Jakarta Propertindo. Begitu juga dengan uang kerohiman telah dibereskan.
Sedangkan warga yang menolak pindah cukup diselesaikan Jokowi melalui jurus undangan makan siang di Balai Kota.
Secara psikologis warga setelah makan dan diajak ngobrol santai satu meja bundar pasti bingung ketika ditanya tentang kesanggupan pindah ke rusunawa. Kemungkinan besar mereka mau pindah.
“Setelah makan kenyang terus saya tanya kapan pak mau pindah bingung dia. Akhirnya jawab ikut arahan pak Gubernur,” kata Jokowi di sela dialog publik di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Widuri Jakarta, Jumat (27/9).
Undangan makan siang segelintir warga tersebut sukses melobi warga untuk relokasi dari permukiman kumuh ke rusunawa Pinus Elok. Sebanyak 203 KK sudah bersedia relokasi dimulai dengan pengundian kunci rusunawa Pinus Elok yang dilakukan Sabtu akhir pekan ini di kantor kecamatan setempat.
Walaupun lobi ala Jokowi ini semudah membalikkan telapak tangan, tetapi prosesnya tidak sesingkat makan siang. Berulangkali Jokowi mendatangi Waduk Ria Rio untuk mendengar keluhan yang dihadapi masyarakat, misalnya pembagian perabotan rusun yang tidak adil. Kulkas diganti dispenser dan keluhan lain.
Setelah semua masalah di lapangan beres, undangan makan siang dijadikan gong untuk menyelesaikan persoalan Waduk Ria Rio. Pasalnya hal yang sama pernah dilakukan Jokowi saat merelokasi 68 KK sisi barat Waduk Pluit dua bulan lalu dan terbukti sukses.
Sejumlah ketua RW, Ketua RT, tokoh masyarakat dan preman bertato diundang ke Balai Kota mendukung normalisasi waduk seluas 80 hektare di Jakarta Utara tersebut. “Termasuk preman kita undang biar adil,” ujar mantan Wali Kota Solo tersebut.
Bahkan, pekan depan Jokowi akan melakukan hal yang sama untuk menyelesaikan pertentangan warga di Ibu Kota. Kali ini giliran Warga Lenteng Agung yang menolak Lurah Susan Jasmine Zulkifli untuk memberikan pemahaman tentang jabatan lurah di sana.