Bisnis.com, JAKARTA—PT INKA (Persero) menyatakan patahnya bus Transjakarta beberapa waktu lalu akibat dari patahnya baut di sistem sambungan. Namun faktor utama patahnya adalah karena beban operasional yang melebihi desain normal.
Menurut General Manager PT INKA (Persero) M. Pramudya beban operasional yang melebihi desain normal tersebut salah-satunya beban penumpang yang sering overload. Selain itu ketidak rataan jalan yang ekstrem di beberapa tempat, dan waktu perawatan harian yang relatif singkat.
“Sehubungan dengan patahnya sambungan pada bus Transjakarta merek Inobus beberapa waktu lalu, kami sampaikan bahwa kejadian sebenarnya adalah patahnya baut di sistem sambungan atau artikulasi,” kata Pramudya, Minggu (10/8/2014).
Hal tersebut terjadi ketika bus beroperasi di koridor 11 pada Kamis (7/10/2014). Begitu terdengar ada suara tidak normal di sambungan, pengemudi menghentikan bus dan segera memindahkan penumpangnya. Selanjutnya kerena diminta mundur petugas lalu lintas maka bus dimundurkan.
Hal ini tidak sesuai SOP yang sebenarnya sudah dipahami oleh para pengemudi. Jika terjadi kondisi seperti ini, bus harus tetap dimajukan pelan kedepan lokasi yang aman. Namun karena dimundurkan mengikuti perintah petugas maka bus yang mempunyai penggerak belakang ini, membuat body belakang tertarik kebelakang, sedangkan body depan tetap pada posisinya, sehingga penutup harmonica terlepas dan membuat body belakang terlihat terlepas dari sambungan dengan body depan.
Setelah teknisi datang dan mengganti baut yang patah, bus bisa kembali normal yang selanjutnya dibawa ke pool Damri untuk investigasi. Sehingga kejadian patahnya bus karena baut patah, bukan karena body atau ada bagian chassis yang patah.
Menurut Pramudya, sistem sambungan yang digunakan di Inobus [bus Transjakarta] sudah menggunakan produk yang paling baik menggunakan produk dan teknologi Jerman merk Hubner. Baut untuk mengikat system artikulasi ini ke chassis ada 8 buah dan patahnya baut tersebut memang sebenarnya tidak perlu terjadi. Kejadian semua baut patah ini bisa disebabkan karena kekencangan baut sudah tidak sesuai dengan torsi yang disarankan/ baut longgar yang disebabkan karena beban dinamis yang berlebihan atau ada sebagian baut yang cacat operasional tapi belum sempat diganti.
Untuk meminimalkan kejadian seperti ini tidak terulang lagi INKA mendukung rencana Pemprov DKI dan Transjakarta untuk melibatkan pihak produsen atau APM dalam service contract perawatan. Sehingga pihak produsen bus bisa langsung mendukung penuh operator dalam perawatan periodik khususnya untuk komponen2 utama.
Adapun bus merek Inobus tersebut adalah produk generasi pertama yang diproduksi PT INKA (persero) pada tahun 2011 dan mulai beroperasi penuh pada awal tahun 2012 di Koridor 11, dengan jumlah total armada 21 unit. Dan seperti diketahui Bus gandeng yang bermesin belakang ini, terdiri dari Body depan dan body belakang yang disambungkan dengan sistem artikulasi dan ditutup dengan penutup harmonica.