Bisnis.com, JAKARTA--Bank Pembangunan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta atau Bank DKI kemungkinan baru dapat memutuskan berapa besaran saham Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) yang akan dibeli pada kisaran bulan Desember tahun ini.
Direktur Operasional Bank DKI Martono Suprapto mengatakan pada bulan Desember setelah Rencana Bisnis Bank (RBB) diberikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Saat ini pihaknya masih dalam pembahasan dengan pemilik dan pemegang saham.
“Diperkirakan bulan Desember baru bisa diketahui, kalau sudah menyerahkan RBB ke OJK. Saat ini masih pembahasan terus,”ucapnya saat dihubungi Bisnis, Senin (3/11/2014).
Pemerintah Provinsi DKI berencana menyuntikkan modal sebesar Rp3 triliun kepada Bank DKI untuk memperluas jaringan bisnisnya, termasuk membeli saham Bank NTT.
Kendati demikian, Martono pesimistis realisasi Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) yang akan disuntikkan kepada Bank DKI mencapai Rp3 triliun.
Saat ini, Bank DKI merupakan Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 2, yang hanya dapat membeli saham sebesar 15%. Untuk bisa membeli saham Bank NTT sebesar 20%,
Bank DKI harus naik kelas dulu ke BUKU 3 yang dapat membeli saham hingga 25%.
Untuk dapat menjadi BUKU 3, Bank DKI memerlukan suntikkan dana dari Pemerintah Provinsi DKI.
Martono menjelaskan, Bank DKI sebenarnya hanya perlu suntikan tidak lebih dari Rp1 triliun karena modal inti yang dimiliki Bank DKI saat ini sekitar Rp4 triliun.
“Sepertinya Rp1,5 triliun yang diberikan ke kita. Tapi, belum pasti, kita pastikan dulu. Kalau ada perubahan rencana bisnis ke depan, kita akan masukkan ke revisi RBB,” lanjutnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama mengatakan saham Bank NTT yang akan dibeli maksimal sebesar 20%.
“Maksimal 20% kita beli, tapi harus jadi BUKU 3 dulu. Tahun depan, kita suntik modal sampai Rp4 triliun,” ujarnya.