Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adiksi ke Priok Bengkak, Pelabuhan Baru Tak Kunjung Tampak

Ketergantungan bongkar muat ekspor Provinsi Banten terhadap Tanjung Priok di DKI Jakarta lebih sebetulnya tidak menguntungkan bagi pebisnis.
Foto udara kawasan Pelabuhan Tanjung Priok./Antara-Widodo S. Jusuf
Foto udara kawasan Pelabuhan Tanjung Priok./Antara-Widodo S. Jusuf

Bisnis.com, TANGERANG—Ketergantungan bongkar muat ekspor Provinsi Banten terhadap Tanjung Priok di DKI Jakarta lebih sebetulnya tidak menguntungkan bagi pebisnis.

Jarak dan waktu tempuh yang jauh plus lama bikin biaya operasional membengkak. Apalagi kapasitas di Priok disebut-sebut overload sampai-sampai pemerintah memunculkan wacana pembangunan Pelabuhan Cilamaya.

Salah satu solusi jangka panjang untuk mengikis adiksi bongkar muat ekspor terhadap DKI dengan membangun pelabuhan baru yang lebih memadai di Banten. Kenyataannya wacana pembangunan Pelabuhan Bojonegara di Serang, Banten tak kunjung terealisasi.

“Bojonegara itu sebetulnya kewenangannya dari pusat, kami memang pertanyakan itu ke pemerintah pusat kenapa ini tidak jadi proyek prioritas,” tutur Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Banten M. Yanuar kepada Bisnis, akhir pekan ini.

Pola tata ruang di Bojonegara dinyatakan dekat dengan jalur perdagangan atau pelayaran internasional. Oleh karena itu pengembangan kawasan ini akan dilengkapi dengan pelabuhan sehingga arus pelayaran masuk dan keluar Indonesia lebih lancar.

Pelabuhan Bojonegara sebetulnya didesain untuk menangani kontainer dan kargo dari Banten. Tapi selanjutnya direncanakan untuk menjadi terminal internasional curah cair (liquid bulk international terminal).

Proyek yang diperkirakan JICA membutuhkan US$1,2 miliar tersebut membutuhkan lahan sekitar 500 hektare milik Pelindo II. Pelabuhan ini sebetulnya sudah dirintis sejak 9 Agustus 1993 melalui nota kesepahaman antara PT Pelindo II (Persero) dengan pemerintah tingkat dua Serang.

“Kami sedang beda lahi, mudah-mudahan proyek itu bisa menjadi kewenangan Pemprov Banten sebab ini proyek strategis,” kata Yanuar.

Apabila digabungkan tanpa membedakan lokasi, di dalam maupun luar Banten, ada tiga pelabuhan yang menyumbang ekspor terbesar bagi Banten yang secara agregat porsinya mencapai 94,36%.

Mereka adalah Tanjung Priok, Tanjung Leneng dan Cigading dengan porsi masing-masing 85,84%, 4,68% dan 3,85%persen. Adapun total ekspor selama lima bulan pertama US$3,95 miliar.

Sejauh ini BPS Banten mencatat hanya aktivitas impor yang banyak mengandalkan pelabuhan yang dalam Provinsi Banten. Nilainya pada Mei saja US$783,41 juta, akumulasi sejak Januari US$4,2 miliar.

Kegiatan bongkar dan muat barang terbanyak berlangsung di Pelabuhan Merak mencapai 45,5%. Persentase ini setara dengan US$1,9 miliar. Yang lain ada Cigading 31% dan Tanjung Leneng 23,5%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper