Bisnis.com, JAKARTA-- Berdasarkan studi Japtapis (Jabodetabek Public Transportation Policy Implementation Strategy) tahun 2012, pada 2020 diperkirakan terjadi kenaikan permintaan perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi di Jabodetabek sebesar 40%.
Sebaliknya, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan Elly Adriani Sinaga mengatakan, peran angkutan umum akan menurun drastis sebesar 18,5%.
"Perubahan kecepatan rata-rata perjalanan diperkirakan akan mengakibatkan terjadinya degradasi sampai 8,4 kilometer per jam atau penurunan sebesar 35,6% selama 2010-2020," katanya saat membuka acara "Forum Kebijakan Transportasi Jabodetabek" di Hotel Merlynn Park, Rabu (4/11/2015).
Studi Japtrapis ini merupakan kerja sama Kementerian Perhubungan dengan JICA pada 2012.
Untuk dapat menyelesaikan permasalahan transportasi di Jabodetabek, Elly mengatakan, perlu dilakukan perencanaan pembangunan yang terintegrasi, baik dari aspek tata ruang, transportasi, infrastruktur, maupun organisasi di wilayah Jabodetabek.
Badan Litbang Perhubungan menggandeng JICA dan Leeds University, asal Inggris, untuk mendapatkan pengetahuan tentang best practices pengembangan Masterplan Transportasi dengan mengetahui permodelan kebijakan di bidang transportasi dengan model MARS (Metropolitan Activity Relocation and Simulation) untuk transportasi Jabodetabek.
"Ini (MARS) semacam software. Sebelum mengambil kebijakan, kami tes dulu melalui ini," ujarnya.
Elly mencontohkan, efektivitas moda transportasi LRT dalam mengurangi kemacetan dan potensi jumlah penumpang bisa diketahui melalui sistem tersebut.
Dia menuturkan, pembahasan mengenai transportasi, tata guna lahan, dan perkembangan pola perjalanan di Jabodetabek telah dibahas sejak 1974.
Jumlah penduduk Jabodetabek sebanyak 27.700.727 jiwa dan kepadatan penduduk mencapai 4.585 orang per kilometer.
Elly mengatakan, tekanan perjalanan menuju pusat Kota Jakarta dari wilayah Bodetabek terjadi setiap hari dengan beban tertinggi pada jam puncak pagi dan sore.
Pada 2014, jumlah perjalanan mencapai 10,86 juta perjalanan dan diperkirakan dengan tingkat pertumbuhan perjalanan 3-4 persen per tahun.
"Kemacetan yang terjadi pada batas wilayah sudah menembus wilayah lingkar dalam Jakarta dan tumbuhnya kota-kota baru di luar Jakarta yang bersifat menyebar (sprawling) ke arah Bodetabek, memperparah lalu lintas di Jakarta, oleh karena banyaknya masyarakat yang bekerja di Jakarta namun tinggal di luar Jakarta, seperti di Depok, Bogor, Bekasi, dan Tanggerang, dengan menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju tempat kerja," kata dia.