Bisnis.com, DEPOK- Awal tahun 2017 menjadi hari terakhir bagi Dudi Iskandar mengepalai Kantor Imigrasi Kota Depok. Rasa haru tampak terlihat saat serah terima dan pisah sambut di Balai Kota Depok, Rabu lalu.
Kini, Dudi menjabat sebagai Kepala Subdit Penyidikan Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Sebuah babak baru bagi perjalanan karir pria kelahiran Medan, Sumatera Utara berusia 37 tahun itu.
Karier Dudi boleh dibilang cemerlang. Di usia muda, ia telah banyak merasakan asam garam berbagai pengalaman di dunia keimigrasian.
Nasib memang tak ada yang tahu, pria yang pernah bercita-cita sebagai lawyer itu saat ini tengah menikmati sebagai abdi negara di lembaga keimigrasian.
Awal perjalanan karir penyuka masakan Padang itu tepatnya pada tahun 2000. Dia diam-diam mendaftar ke Akademi Imigrasi, Gandul, Cinere, Depok, Jawa Barat dan lulus pada 2003. Setelah lulus, dia tak langsung bekerja. Tapi tertarik ikut beberapa pelatihan penyidik PNS di Mega Mendung, Kabupaten Bogor dan terpilih satu dari 13 Pendidikan Pradasar Terjun Payung di Lanud Sulaiman.
"Ketika teman-teman seangkatan sudah bekerja, penempatan pertama saya justru balik lagi ke Akdemi Imigrasi sebagai pembina. Ini kebanggan tersendiri bagi saya untuk mengabdi dan mengembangkan diri di almamater," ujarnya.
Setelah lulus, Dudi hanya setahun mengabdi di almamaternya. Pada 2004 dia bertugas menjadi pejabat imigrasi di Jakarta Barat, kemudian pindah ke Imigrasi Bogor pada 2005, meski hanya tujuh bulan. Setelah itu, dia bertugas di Kantor Imigrasi Kelas 1 Khusus Soekarno Hatta pada 2006.
Setelah mengabdi 6 bulan di Soekarno Hatta, penggemar Tom Cruise itu kembali bertugas di Akademi Imigrasi yang memeroleh promosi sebagai Kepala Urusan Ketarunaan selama empat tahun dari 2006-2010. Saat itu, usianya baru 26 tahun. Usia yang masih belia untuk sebuah jabatan. Tapi Dudi berhasil menjalankan tugasnya.
Dunia imigrasi bagi Dudi bukan melulu perkara pengabdian dan pekerjaan. Di luar itu, benih-benih asmara sebagai seorang manusia muncul. Dudi mendapatkan jodohnya yang juga bertugas di imigrasi, Siti Adytia. Mereka berdua menikah pada 2010.
Banyak orang bilang, pernikahan membawa berkah bagi kedua mempelai. Mungkin hal itu juga berlaku bagi Dudi. Dia kembali bertugas di Soekarno Hatta dan pada 2011 dia ditarik menjadi Kasubag Protokol Ditjen Imigrasi yang bertugas mengurus Dirjen Imigrasi.
Bolak-balik tempat tugas membuat Dudi banyak mendapatkan pengalaman. Sepak terjangnya di keimigrasian semakin matang. Pengagum Aa Gym itu memeroleh promosi sebagai Kabid Pendaratan dan Izin Masuk dan kembali ditugaskan di Imigrasi Soekarno Hatta. Pangkatnya naik jadi eselon III pada 2013.
Pencapaian karir bagi Dudi bukan datang begitu saja secara instan. Tapi dia yakin faktor internal dan eskternal secara langsung dan tak langsung menyumbang besar realisasi karirnya.
Kiprahnya mengikuti berbagai organisasi sejak masa-masa sekolah membuat dirinya tak asing memenej banyak orang. Hal itu pula yang membuat dirinya banyak memeroleh promosi dan karirnya terus naik. Hingga akhirnya pada 2014 dia dipercaya untuk mengepalai Kantor Imigrasi Depok.
Gebrakan pertama menduduki Imigrasi Depok adalah mengubah paradigma dan melakukan reformasi birokrasi. Perlahan Dudi menghapuskan percaloan yang kerap terjadi. Hingga membuat terobosan di awal kerjanya dengan menguak kasus gembong narkoba yang dilakoni orang asing. Kesan pertama itulah yang membuatnya diganjar penghargaan oleh Kementerian Hukum dan HAM.
Inovasi Imigrasi Depok
Dudi tahu betul, Kantor Imigrasi bukan hanya soal pelayanan paspor. Jauh lebih dari itu ada tugas lain yang diamanatkan undang-undang untuk menindak tegas keberadaan orang asing ilegal. Dia membentuk Tim Pengawasan Orang Asing (Tim Pora) yang dinilai berhasil dan dijadikan proyek percontohan di seluruh Indonesia.
Tak berhenti di situ, Dudi terus memutar otak untuk menciptakan ide-ide segar di Kantor Imigrasi Depok. Terutama bagaimana menciptakan pelayanan paspor dan pencegahan orang asing dengan memanfaatkan teknologi.
Pria yang hobi bersepeda itu pun kerap berbaur dan duduk di kursi customer service. Dia banyak mendengar keluhan-keluhan para pembuat paspor yang nantinya dijadikan referensi untuk menghasilkan inovasi.
Inovasi pertama, antrian berbasis foto wajah misalnya yang mulai diberlakukan di Imigrasi Depok berhasil mengubah pelayanan pembuatan paspor. Sistem itu berhasil menyingkirkan calo yang selama ini berkeliaran di Depok.
Sebab, dengan sistem tersebut para pemohon paspor wajib datang dan direkam terlebih dahulu wajahnya untuk nanti disesuaikan saat sesi wawancara, penyerahan berkas hingga pembuatan paspor. "Jadi pemohon tidak mungkin menggunakan calo karena wajahnya yang direkam harus sesuai pemohon," ujar Dudi.
Inovasi berikutnya adalah antrian berkepastian waktu. Dudi sadar betul setiap harinya permohonan paspor di Imigrasi Depok membludak. Hal itu membuat pemohon tak yakin kapan dan jam berapa mereka bisa dilayani.
Namun, dengan sistem antrian berkepastian waktu, pemohon akan dilayani sesuai waktu dia daftar. Jika mereka datang dengan mendapatkan nomor urut 1-30, maka Imigrasi Depok memastikan akan melayani pemohon dari jam 08.00-09.00 WIB. Antrian nomor 31-60 dilayani pada jam 09.00-10.00 WIB, antrian nomor 100 dan selanjutnya akan dilayani pada pukul 11.00-12.00 WIB.
"Sehingga misalnya jika ada pemohon yang mendapatkan nomor antrian 100, dia bisa beraktivitas lain dulu. Nanti setelah mendekati pukul 11.00 WIB, dia bisa datang lagi ke imigrasi. Jadi tidak usah nunggu lama duduk di imigrasi," katanya.
Tak puas dengan itu, Dudi juga menciptakan antrian berbasis monitor SMS dan website. Jadi ketika pemohon sedang beraktivitas lain bisa mengecek dengan mengirim SMS atau melihat situs Imigrasi Depok nomor urut berapa yang sedang dilayani.
Inovasi lain yang dikembangkan Imigrasi Depok adalah pemberlakuan e-Surat yang berlaku bagi internal kantor dalam surat menyurat melalui sistem elektronik. "Misalkan saya sedang di luar kantor bisa disposisi surat tanpa harus membuat surat berbentuk kertas. Jadi lebih simpel dan paperless karena surat-surat tersebut bisa diakses melalui ponsel," tuturnya.
Seolah tak berhenti berkreasi, dia juga membangun sistem pengawasan orang asing (Sitapora) dan Sekretariat Tim Pora hingga tingkat kecamatan. Sistem tersebut menggunakan aplikasi yang bisa diunduh dan digunakan masyarakat untuk melaporkan keberadaan orang asing mencurigakan di Depok. Sistem itu bisa digunakan dalam ponsel pintar berbasis android dan iOs.
Dan, inovasi terakhir yakni yang keenam saat Dudi menjabat Kepala Imigrasi Depok adalah pengambilan paspor berbasis sidik jari. Aplikasi itu dibuat pada akhir tahun lalu dan saat ini masih dalam tahap uji coba.
Aplikasi pengambilan paspor berbasis sidik jari bisa dinikmati pemohon ketika mengambil paspor dalam waktu 7 hari, 24 jam. Biasanya, pengambilan paspor hanya dilayani pada Senin-Jumat dari pagi sampai sore.
Namun dengan aplikasi ini, pemohon bisa mengambil paspor semaunya. Syaratnya, pemohon harus merekam dulu sidik jarinya agar ketika pengambilan paspor sidik jarinya sesuai.
Keenam inovasi itulah yang membuat Dudi dan Imigrasi Depok banyak menerima penghargaan dari ICW hingga Kementerian Hukum dan HAM Jabar serta pusat.
Sosok Panutan
Kepala Kanwilkumham Jabar Susy Susilawati menuturkan sosok Dudi menjadi panutan bagi imigrasi-imigrasi lain terutama di Jawa Barat. Ide-ide kreatifnya yang dituangkan dalam inovasi di Imigrasi Depok sudah banyak diadopsi oleh imigrasi lain.
Susy menilai inovasi-inovasi yang dihasilkan Dudi membawanya pada promosi jabatan dari Kepala Imigrasi Depok menjadi Kasubdit Penyidikan Ditjen Imigrasi. "Pak Dudi ini merupakan sosok muda progressif," paparnya.
Wali Kota Depok Muhammad Idris menuturkan Dudi Iskandar merupakan sosok tegas, santun tetapi lugas dalam bekerja di lapangan. Dia mengaku belum lama mengenal Dudi. Tetapi setiap kali ada kegiatan Pemkot Depok, Dudi selalu hadir.
Idris bahkan tak tanggung-tanggung mempersembahkan sebuah puisi untuk Dudi sebagai pesan perpisahan sekaligus mengantarkannya menjadi Kasubdit Penyidikan Ditjem Imigrasi.
"Ini bukan tentang sebuah retorika, bukan sekadar basa-basi. Padanya kami belajar. Padanya kami tak ragu untuk mengadu," demikian larik puisi yang disampaikan Idris.
Bagi Dudi Iskandar, jabatan adalah tanggung jawab yang harus dikerjakan dengan ikhlas dan maksimal. Selama dia berkarir dari nol, kedua kunci itulah yang terus akan menjadi prinsipnya. Juga inovasi, dia mengaku akan terus berpikir kreatif untuk menciptakan ide-ide segar.
Bahkan, pada 25 Januari ini, di tempatnya yang baru, Dudi akan memberlakukan inovasi e-Sidik untuk bisa diterapkan di seluruh kantor imigrasi di Indonesia. Inovasi itu diharapkan bisa membantu kerja cepat penyidikan dan penindakan orang-orang asing yang melanggar keimigrasian.
Dia juga tahu betul, menjabat sebagai Kasubdit Penyidikan akan lebih memporsir tenaga serta pikiran atau jauh lebih sibuk dibandingkan saat menjadi Kepala Imigrasi Depok.
Tapi Dudi tentu punya jurus sendiri untuk mengobati lelah selama dia bertugas. Beberapa hobinya seperti bersepeda, nonton film dan Tae Kwondo akan terus dijalani sebagai penyeimbang hidup.
Dan tentu saja, istri dan kedua anaknya akan terus dijadikan sebagai obat untuk mencapai kebahagiaan yang selama ini dia pupuk dari nol.
Dudi masih menyimpan komitmen hidupnya baik-baik sejak dia lebih banyak tinggal bersama neneknya sejak kecil. "Hidup saya harus lebih baik dan saya akan buktikan," ujarnya.