Bisnis.com, JAKARTA--PT Mass Rapid Transit Jakarta mulai menyiapkan berbagai persyaratan sebelum menggelar lelang konstruksi untuk fase II Bundaran Hotel Indonesia-Kampung Bandan.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan hal itu dapat direalisikan lantaran pemerintah Jepang sudah memberi lampu hijau untuk menggelontorkan pinjaman sebesar senilai maksimum ¥70.210 miliar atau Rp9,46 triliun (dengan catatan nilai tukar Rp134,9 per yen).
"Kami targetkan groundbreaking fase II pada akhir 2018 yang diikuti dengan lelang konstruksi. Persiapannya butuh 1 tahun sehingga kemungkinan tender akan dimulai 2019," ujarnya ketika ditemui di Gedung DPRD DKI, Rabu (24/10/2018).
Dia menuturkan MRT Jakarta menyiapkan setidaknya enam paket kontrak (contract package/CP) untuk pembangunan delapan stasiun sepanjang 8,3 km.
Enam paket tersebut terdiri dari CP201, CP202, CP203, CP204, CP205, dan CP206. Kontrak tersebut terdiri dari pembangunan konstruksi sipil, persinyalan, dan pengadaan kereta atau rolling stocks.
Untuk fase II, kereta MRT akan melewati stasiun Bundaran HI, Sarinah, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, Kota, dan Kampung Bandan.
Baca Juga
Lelang tersebut, lanjutnya, memiliki persyaratan khusus yaitu terikat dengan Jepang (Japan Tied).
Artinya, perusahaan Jepang akan menggandeng perusahaan Indonesia untuk membentuk konsorsium atau joint venture. Meskipun, William menegaskan tender dilakukan secara internasional (international bidding).
Sebelum memulai lelang tahun depan, MRT Jakarta saat ini tengah menyelesaikan rancang teknis dasar (basic engineering detail/BED). Namun, dia menegaskan lelang bisa dimulai tanpa harus menunggu BED semua stasiun dan depo Kampung Bandan rampung.
"Kami akam mulai mana yang sudah siap BED-nya. Pembangunan mulai dari Selatan ke Utara, jadi mungkin di CP201 paket konstruksi dari Bundaran HI sampai Harmoni," jelasnya.
William mengatakan setelah pertukaran dokumen (exchange note E/N) diteken, pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dan Perwakilan JICA akan menandatangani perjanjian pinjaman (loan agreement) Fase II tahap satu.
Namun, pinjaman dari Jepang baru bisa dicairkan setelah pemerintah pusat dan Pemprov DKI harus memasukkan dana itu ke dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran pada APBN 2019 dan APBD DKI 2019.
"Sekarang JICA memang baru memberikan dana Rp9,46 triliun. Namun, yang sudah disetujui Jepang dan Indonesia saat minutes of discussion sejak Februari totalnya Rp25 triliun," ungkapnya.
Sebagai informasi, pengerjaan konstruksi fase I dibagi dalam enam paket kontrak yang dikerjakan oleh kontraktor dalam bentuk konsorsium, yaitu:
CP101 – CP102 oleh Tokyu – Wijaya Karya Joint Operation (TWJO) untuk area Depot dan Stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, dan Cipete Raya.
CP103 oleh Obayashi – Shimizu – Jaya Konstruksi (OSJ) untuk area Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja.
CP104 – CP105 oleh Shimizu – Obayashi – Wijaya Karya – Jaya Konstruksi Joint Venture (SOWJ JV) untuk area transisi, Senayan, Istora, Bendungan Hilir, dan Setiabudi.
CP106 oleh Sumitomo – Mitsui – Hutama Karya Join Operation (SMCC – HK JO) untuk area Dukuh Atas dan Bundaran Hotel Indonesia.
Sedangkan untuk pengerjaan CP107 untuk sistem perkeretaapian (railway system) dan pekerjaan rel (trackwork) oleh Metro One Consortium (MOC) yaitu Mitsui & Co. – Tokyo Engineering Corporation – Kobe Steel, Ltd – Inti Karya Persada Tehnik) dan CP108 untuk rolling stock oleh Sumitomo Corporation.