Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang DKI Turun 4,7 Persen

Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) pada kuartal I 2019 mengalami penurunan sebesar 4,7 persen (yoy).
Ilustrasi-Aktivitas karyawan di pabrik karoseri truk di kawasan industri Bukit Indah City, Purwakarta, Jawa Barat, belum lama ini. Selain kebutuhan lapangan kerja yang semakin besar, produktivitas industri manufaktur dinilai perlu lebih digenjot guna menghindari ancaman jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income trap. /Bisnis-NH
Ilustrasi-Aktivitas karyawan di pabrik karoseri truk di kawasan industri Bukit Indah City, Purwakarta, Jawa Barat, belum lama ini. Selain kebutuhan lapangan kerja yang semakin besar, produktivitas industri manufaktur dinilai perlu lebih digenjot guna menghindari ancaman jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income trap. /Bisnis-NH

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik DKI Jakarta mencatat pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada kuartal I 2019 mengalami penurunan sebesar 4,7 persen (yoy).

Dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) juga mengalami penurunan sebesar 6,09 persen (qtq).

Menurut Kepala BPS DKI Jakarta Thoman Pardosi, hal ini lebih disebabkan oleh penurunan produksi industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer yang berada di angka 13,81 persen (yoy).

Meskipun penurunan produksi itu bukanlah yang terbesar, sektor industri tersebut merupakan sektor dengan kontribusi terbesar di DKI Jakarta yang mencapai 40 persen.

Untuk diketahui, 66 persen produksi IBS di DKI Jakarta didominasi industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer, diikuti industri alat angkutan lainnya dengan kontribusi sebesar 16 persen, disusul industri tekstil yang kontribusinya berada di angka 10 persen.

Produksi industri tekstil di DKI Jakarta juga mengalami penurunan produksi pada kuartal I 2019 dengan persentase mencapai 12,92 persen.

Thoman menuturkan, kenaikan produksi industri alat angkutan lainnya, di dalamnya termasuk industri sepeda motor, mengalami pertumbuhan sebesar 6,36 persen dan merupakan sektor yang mampu menahan laju penurunan produksi IBS di DKI Jakarta.

Kepala Bidang Industri Dinas Perindustrian dan Energi (PE) DKI Jakarta Elisabeth Ratu Rante Allo menyebutkan penurunan produksi IBS di DKI Jakarta disebabkan mulai dikuranginya industri manufaktur yang memproduksi di DKI Jakarta.

Pemprov DKI Jakarta mulai mendorong pergeseran dari industri manufaktur menuju industri kreatif dan industri berbasis teknologi. "Hal ini karena luas lahan yang terbatas di Jakarta dan juga meminimalisir peenggunaan air tanah," ujar Ratu kepada Bisnis, Sabtu (4/5/2019).

Industri manufaktur di DKI Jakarta sedang didorong untuk pindah ke wilayah penyangga DKI Jakarta. Industri kreatif dan industri berbasis teknologi menurutnya tidak memerlukan lahan yang luas akan tetapi memiliki nilai tambah yang tinggi.

Meski diakui mulai ada pergeseran menuju industri kreatif, Wakil Ketua Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan masih banyak industri manufaktur yang bertempat di DKI Jakarta. Mereka belum berpindah ke luar DKI Jakarta.

"Kita lihat di Pulogadung, Kawasan Berikat Nusantara, Tanjung Priok, itu perpindahannya masih belum signifikan," kata Sarman kepada Bisnis, (4/5/2019).

Menurutnya, penurunan produksi IBS di DKI Jakarta disebabkan semakin menurunnya permintaan dari konsumen luar negeri akibat ketidakpastian global sehingga sektor industri pun menahan produksinya.

Kampanye Pemilu 2019 selama kuartal I 2019 juga menyebabkan investor serta konsumen mengambil sikap wait and see sambil menunggu hasil Pemilu 2019.

Selain itu, penetrasi barang sejenis dari luar negeri juga turut menyebabkan industri lokal mulai menahan produksinya.

"Ini juga perlu diwaspadai, jadi bukan semata-mata berpindah ke industri kreatif," ujar Sarman.

Hal ini tampak dari penurunan produksi industri tekstil pada kuartal I 2019 yang sudah mendekati bulan Ramadan saat permintaan atas tekstil cenderung naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhamad Wildan
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper