Bisnis.com, JAKARTA - Selama beberapa dekade, SMA Negeri 8 Jakarta yang berada di kawasan Tebet, Jakarta Selatan menjadi pilihan banyak siswa untuk melanjutkan jenjang pendidikannya.
Bagaimana tidak, lulusan dari sekolah ini diketahui banyak yang diterima di berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Hal ini yang membuat SMA Negeri 8 menyaring siswanya berdasarkan prestasi belajar di jenjang pendidikan sebelumnya pada masa lalu . Namun, sejak diberlakukannya peraturan zonasi yang memprioritaskan calon siswa berada dekat area sekolah, terjadi keanekaragaman kualitas siswa di sekolah tersebut.
"Siswanya lebih variatif. Kemudian yang jadi titik perhatian adalah anak-anak yang nilainya kurang. Bagaimana mereka mampu beradaptasi?" tutur Roni Saputro, Wakil Bidang Kesiswaan SMAN 8 berbicara kepada Bisnis.com.
Dikatakan, calon siswa yang diprioritaskan saat ini untuk masuk ke SMAN 8 adalah peserta yang berasal dari lima kecamatan yakni Jatinegara, Tebet, Setiabudi, Pancoran dan Matraman berdasarkan hasil nilai UN-nya.
"Katakanlah dari Bekasi, bisa. Cuma kuotanya 5 persen. Kecil, ya, kalau hanya berdasarkan nilai UN saja," sambungnya.
Baca Juga
Beberapa tahun dinobatkan sebagai sekolah favorit, label ini ternyata membawa beban tersendiri bagi SMAN 8 ditambah dengan karakteristik siswa yang mulai berubah beberapa tahun terakhir.
"Gini, kalau kita berprestasi, orang akan menganggap itu biasa. Tapi kalau kita jatuh, orang akan memberikan sindiran-sindiran. Kalau anak kita berprestasi ah itu biasa, tapi kalau kita salah sedikit rame," ungkapnya.
"Sejauh ini, untungnya, tidak ada protes-protes, kita sesuai regulasi," tutupnya.