Bisnis.com, JAKARTA--Pemprov DKI optimistis proyek pengembang Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yaitu Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter akan beroperasi pada 2022.
Kepala Unit Tempat Pengelola Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan saat ini PT Jakarta Propertindo sudah memulai tahap kontruksi.
"InsyaAllah [ITF Sunter] sudah masuk masa konstruksi. Dan kita berharap di 2022 itu bisa operasi. Pesan Pak Gubernur DKI Anies Baswedan ke kami juga kalau bisa ITF 2-3 nya itu bisa juga beroperasi di tahun yang sama," ucapnya, Rabu (1/8/2019).
Seperti diketahui, ITF Sunter sudah di-groundbreaking sejak 20 Desember 2018. Proyek ITF tersebut memerlukan dana sebesar US$250 juta dan dikerjakan bersama dengan Fortum Power Heat and Oy, perusahaan yang bergerak di sektor pembangkit listrik dari Finlandia.
Dia mengatakan Pemprov DKI tidak hanya membangun ITF Sunter. Dinas Lingkungan Hidup akan menambah di tiga lokasi lain, yaitu Cilincing, Rawa Buaya (Cengkareng), dan satu lokasi di wilayah Jakarta Selatan.
"Mudah-mudahan, kami sudah bisa memilih mitra yang akan membangun ITF 2-4," ungkapnya.
Baca Juga
Menurutnya, DKI Jakarta tak punya pilihan selain membangun fasilitas ITF. Pasalnya, kapasitas Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang saat ini sudah sangat penuh.
Meski demikian, dia menilai umur TPST Bantargebang dapat tetap menampung sampah hingga beberapa tahun ke depan.
"Kami melakukan upaya land remaining agar TPST Bantargebang masih bisa menampung sampah yang datang dari Jakarta," ucapnya.
ITF Sunter mampu mengolah sampah sebanyak 720.000 ton setiap tahunnya dan mampu menghasilkan listrik sebesar 35 MW setiap hari atau 280.000 MW per tahun.
Untuk melaksanakan proyek tersebut, PT Jakpro bersama dengan Fortum telah membentuk PT Jakarta Solusi Lestari (JSL) selaku anak usaha yang akan diberikan mandat untuk mengelola ITF tersebut.Pembentukan perusahaan patungan tersebut sudah diamanatkan dalam Peraturan Gubernur (Pergub) No. 33/2018.
Pada saat pendirian perusahaan, PT Jakpro bakal memiliki 20% dari perusahaan patungan, sedangkan 80% dimiliki oleh Fortum yang memiliki teknologi dan pendanaan untuk pengembangan ITF.
Saat konstruksi, kepemilikan PT Jakpro atas PT JSL meningkat menjadi 44%. Saat beroperasi, dalam kurun waktu maksimal 2 tahun PT Jakpro bakal menjadi pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan saham minimal 51%. Berdasarkan IFC Project Information Portal, proyek ini akan mulai dikerjakan pada akhir 2019 atau kuartal 1 2020.