Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho mengungkap bahwa perbaikan 10 koridor jalur bus rapid transit (BRT) Transjakarta menggunakan teknologi khusus, sehingga memakan biaya hingga kisaran Rp90 miliar.
Hari menjelaskan bahwa teknologi khusus ini bertajuk Beton Rapid Setting yang cepat mengeras, besutan PT Solusi Bangun Indonesia atau sebelumnya dikenal dengan PT Holcim Indonesia Tbk., selepas diakuisisi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
"Kenapa kita pilih itu, karena kita tahu di Jakarta ini macet, kalau kita pakai yang manual, itu bisa 14-28 hari, kita bayangkan di koridor 1 kita tutup selama 14-28 hari, gimana kemacetan, busway langsung ke jalan biasa,” ujar Hari ketika ditemui di lokasi perbaikan di bilangan Setia Budi, Jakarta Selatan, Kamis (5/9/2019) malam.
“Makanya kita buat malam ini jam 12 kita mulai pekerjaan, besok jam 7 sudah kita buka. Nah, ini yang jadi konsen kita untuk menangani secara cepat.
”Pihak Pemprov DKI menargetkan proyek perbaikan 10 koridor akan rampung dalam dua bulan ke depan. Kontrak dengan PT Solusi Bangun Indonesia dan PT Pendawa Lestari Perkasa selaku pelaksana proyek sendiri baru dimulai pada 4 koridor BRT dengan nilai kontak Rp35 miliar.
Untuk nilai kontak perbaikan jalan yang terbilang besar ini, Hari mengakui bahwa penerapan teknologi beton cepat keras memang membutuhkan biaya yang lebih mahal hingga 2,5 kali dari beton biasa.
Baca Juga
"Kalau normal itu beton biasa itu sekitar hampir Rp2,9 juta sampai Rp3 juta (per m2). Kalau ini hampir sekitar Rp8 juta, jadi hampir 2,5 kalinya. Tapi efisiensinya berapa, kita hitung. Kalau yang biasa 24 hari, ini hanya sampai 8-10 jam, jadi efektif dan efisiennya signifikan," tambahnya.
Sebelumnya, menurut identifikasi Bina Marga, dari 12 koridor jalur BRT yang terbangun, kerusakan jalan telah mencapai 3 persen, dengan spot kerusakan tiap titiknya mencapai 500 meter sampai 2 km.
Dalam kesempatan ini, turut hadir Direktur Utama PT Solusi Bangun Indonesia Aulia Mulki Oemar yang menekankan bahwa beton rapid setting merupakan salah satu hasil dari research and development (RnD) jajarannya.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbasis di Cibinong ini berupaya terus mengatasi segala masalah perkotaan dengan produk advance besutan mereka. Sehingga, diharapkan produknya bermanfaat bagi proyek-proyek konstruksi lain, seperti sektor perumahan atau fasilitas umum perkotaan.
"Jadi kami juga akan membuat produk-produk yang nilai tambah yang bisa memecahkan masalah-masalah perkotaan. Seperti trotoar yang bisa menyerap air, atau beton yang bisa menyerap polusi, atau beton-beton tahan air tanah untuk stasiun subway MRT [Moda Raya Terpadu]," ungkapnya.