Upaya Mengakomodasi
Direktur Operasional Jakarta Propertindo (Jakpro) Muhammad Taufiqurrahman memastikan pihaknya telah bediskusi dengan para seniman terkait revitalisasi TIM serta DKJ sejak Februari 2019.
Dia menegaskan Jakpro berupaya menyediakan lokasi yang nyaman bagi para seniman untuk berkegiatan, bukan sekadar mencari uang, apalagi komersialisasi.
"Kalau kita pindahkan ke swasta, kan nggak ada yang mau biayai [revitalisasi TIM], makanya ditugaskan ke BUMD, bukan hitung untung dan rugi. Jangan anggap Jakpro sebagai BUMD cari untung dengan komersilin lahan-lahan yang ada di sana. Misi kita memberi tempat yang baik untuk para seniman beraktivitas," jelas Muhammad ketika ditemui, Rabu (20/2/2020).
Progres revitalisasi TIM telah mencapai 15 persen dan ditargetkan rampung pada Juni 2021. Proyek yang saat ini tengah dikerjakan yakni pembangunan area parkir, pondasi untuk perpustakaan dan Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, serta Masjid Amir Hamzah.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Jakarta Propertindo Dwi Wahyu Daryoto menjamin akan mengusung perwakilan seniman sebagai co-creator.
"Jadi ini milikmu [seniman]. Nanti kalau misalnya ada untung dan sebagainya, ya sudah diaudit, dan sudah dikembalikan untuk kemakmuran di TIM."
Jakpro menekankan bahwa pihaknya tak akan mengintervensi pengelolaan TIM yang menyangkut kebudayaan seperti penyewaan ruang, gedung teater, atau aset kesenian lain.
Dwi menekankan bahwa Jakpro hanya akan melakukan pemeliharaan aset. Bahkan, akan membuatnya setransparan mungkin lewat pengawalan Building Information Modelling (BIM).
"Lewat BIM ini tidak ada yang berani macam-macam atau kasarnya cari-cari uang dari pemeliharaan. BIM ini akan jadi Data Asset Management untuk pengelolaan TIM nantinya," ungkap Dwi.
Oleh sebab itu, nantinya pihak Jakpro akan kembali berdiskusi dengan para seniman terkait pengelolaan TIM baru, apakah akan berbentuk perusahaan (PT), atau hanya Badan Layanan Umum (BLU) di bawah pemerintahan.