Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penumpang Positif Covid-19, Menhub: KRL Jabodetabek Tetap Beroperasi

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pemerintah untuk saat ini tidak akan menyetop operasional kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek meskipun hasil tes menemukan penumpang positif Covid-19.
Rangkaian kereta rel listrik (KRL) melintas di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Minggu (19/4/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Rangkaian kereta rel listrik (KRL) melintas di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Minggu (19/4/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pemerintah untuk saat ini tidak akan menyetop operasional kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek.

Keputusan itu menjawab permintaan sejumlah kepala daerah kepada pemerintah pusat untuk menonaktifkan kereta komuter setelah beberapa penumpang diketahui positif virus corona SARS-CoV-2 .

"Saat ini KRL harus tetap dijalankan. Sebab, yang naik adalah rakyat kecil yang masih harus bekerja dan tidak work from home," tuturnya dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi V DPR, Rabu (6/5/2020).

Budi Karya menjelaskan, dengan tetap mengaktifkan KRL, masyarakat, khususnya yang termasuk golongan ekonomi bawah, bisa dilayani menggunakan angkutan dengan harga terjangkau.

Bila operasional disetop, dia khawatir masyarakat kelas ini kesulitan lantaran harus menyewa angkutan ekslusif, seperti taksi dengan biaya yang relatif mahal.

Adapun alasan kepala daerah di Bodetabek mengusulkan KRL Commuter setop beroperasi karena hasil tes swab yang dilakukan Pemerintah Daerah Provinsi Jabar dan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) pada 397 penumpang KRL di Stasiun Bogor, Senin (27/4/2020), sudah dilaporkan ke Kementerian Perhubungan.

Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan dari hasil tes tersebut tiga penumpang dinyatakan positif Covid-19.

"Kita sampaikan informasi ada yang positif ini ke Kementerian Perhubungan, dan mungkin sekarang sedang dirapatkan," kata Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Selasa (5/5/2020).

Protokol Kesehatan Harus Ketat

Sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19, Kang Emil --sapaan Ridwan Kamil-- mengusulkan kepada pengelola KRL untuk menerapkan physical distancing dan protokol kesehatan dengan ketat.

"Kalau KRL tidak bisa diberhentikan, tolong pastikan dengan pengawasan ketat physical distancing-nya," ucapnya.

"Jadi, kuncinya bukan KRL-nya, tapi kepadatannya. Karena waktu itu KRL ini diputuskan tidak dihentikan operasionalnya, maka minimal kepadatannya diatur," imbuhnya.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Berli Hamdani, dalam jumpa pers di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (4/5/20), mengatakan, pihaknya sudah menindaklanjuti hasil tes swab tersebut dengan merujuk satu orang positif Covid-19 ke rumah sakit rujukan dan 2 lainnya untuk isolasi diri.

"Sudah ditindaklanjut yang ketiga itu. Ada yang dirujuk ke RS Persahabatan karena kebetulan udah usia lanjut dan penyakit lain, dan yang lainnya itu kita minta untuk isolasi mandiri," kata Berli.

"Kami beri rekomendasi kepada pengelola, jika tidak bisa berhenti beroperasi sementara waktu, penumpang dibatasi setengah atau sepertiga dari kapasitas, tergantung posisi penumpang. Supaya jaraknya aman untuk mencegah terjadinya penularan antar penumpang," tambahnya.

Berli menyatakan, tes swab pada penumpang KRL merupakan salah satu kegiatan Pemda Provinsi Jabar yang bersifat proaktif dalam melakukan screening. Tujuannya, untuk menemukan peta persebaran Covid-19 dan menanganinya sedini mungkin.

"Ini (screening) adalah salah satu strategi kita dalam menghadapi Covid-19 di Jabar, supaya kita bisa menemukan kasus tersebut lebih dini dan juga kita bisa mengatasinya justru pada level yang belum membahayakan bagi masyarakat," katanya.

KCI Diminta Mengawasi

Kendati begitu, Budi Karya memastikan operator KRL, yakni PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), telah melakukan pengetatan pengawasan terhadap penumpang dan petugas yang berada di lingkungan stasiun maupun dalam kereta.

Misalnya, penumpang kereta harus menggunakan masker untuk menekan penyebaran virus corona. Selanjutnya, petugas juga mesti mengecek suhu tubuh penumpang.

Pada sepuluh stasiun pun dipastikan telah terpasang alat pemindai yang mampu mendeteksi suhu tubuh ratusan pengguna dalam waktu bersamaan. Ddi sisi lain, operator menyediakan wastafel tambahan di titik yang sering dilalui pengguna KRL di 40 stasiun.

Sementara itu, di dalam gerbong KRL, operator telah menyediakan sanitizer. Sebagai upaya lanjutan untuk menekan kepadatan penumpang, operator menerapkan prinsip jaga jarak fisik antar-penumpang.

Penumpang Turun

Berdasarkan evaluasi PSBB DKI Jakarta, rata-rata jumlah penumpang harian KRL cenderung menurun. Pada saat jam sibuk, yakni pukul 08.00 WIB, jumlah penumpang pada semua lintas pelayanan mengalami penurunan dari 77.575 orang menjadi sekitar 55 ribu orang.

Adapun total kapasitas angkut saat ini dibatasi maksimal 35 persen atau 60 penumpang per kereta atau sebanyak 61.248 penumpang tiap rangkaian.

Sejak PSBB dilaksanakan, Budi Karya mengatakan jumlah penumpang KRL per hari tinggal 20 persen.

"Dari 1 juta per hari jadi 200 ribu," tuturnya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo.Co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper