Bisnis.com, JAKARTA — Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan kurva Covid-19 di DKI Jakarta menunjukkan tren penurunan kasus baru dibarengi dengan naiknya tingkat kesembuhan pasien.
“Hari ini DKI Jakarta menunjukkan 60 kasus baru, ini turun jika dibanding dengan hari kemarin,” kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto saat memberi keterangan pers di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, pada Selasa (2/6/2020).
Sementara itu, Yuri menuturkan, angka kesembuhan DKI Jakarta pada hari ini mencapai angka 127 orang. Adapun, jumlah kasus baru konfirmasi positif Covid-19 di DKI sebanyak 60 kasus.
Kasus sembuh yang lebih tinggi dari kasus positif di DKI Jakarta ini juga sebelumnya terjadi pada hari sebelumnya, Senin (1/6/2020) dengan penambahan jumlah kasus sembuh mencapai 190 orang. Adapun, penambahan jumlah kasus positif 137 orang.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, secara kumulatif angka kasus positif DKI Jakarta hingga Selasa (2/6/2020) mencapai angka 7.541 atau sekitar 27,2 persen dari keseluruhan jumlah terkonfirmasi nasional.
Di sisi lain, Kemenkes mencatatkan jumlah kasus sembuh di DKI Jakarta hingga hari ini secara kumulatif mencapai angka 2.399 orang.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan belum mengumumkan keputusan apakah akan memperpanjang pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ke tahap IV untuk menekan kasus penyebaran Covid-19.
Sebelumnya, Anies mengungkapkan bahwa kemungkinan besar pihaknya akan mengumumkan nasib lanjut atau tidaknya PSBB di Jakarta pada Senin (1/6/2020) selepas melakukan evaluasi mingguan PSBB III sejak Jumat (29/5/2020).
Anies rencananya akan sekaligus mengumumkan protokol kesehatan baru untuk berbagai sektor aktivitas masyarakat, sebagai transisi menuju protokol new normal atau normal baru.
Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono mengingatkan agar Pemprov DKI Jakarta berhati-hati terhadap keputusan yang akan diambil, karena pada dasarnya Jakarta belum aman untuk memulai pelonggaran.
"Ini karena patokan utamanya, yaitu penambahan kasus baru sampai akhir Mei masih terbilang belum terkontrol. Ini belum enam kriteria ideal lainnya yang harus dipenuhi untuk mulai memasuki tahap new normal," kata Miko kepada Bisnis, Senin (1/5/2020).