Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BRIN Beberkan Penyebab Hujan Deras Kerap Guyur Jakarta pada Dini Hari

BRIN menyebut hujan dini hari yang turun dengan intensitas tinggi atau ekstrem (P99th) juga menjadi penyebab banjir besar di Jakarta pada beberapa tahun silam
BRIN Beberkan Penyebab Hujan Deras Kerap Guyur Jakarta pada Dini Hari. Warga melintas saat hujan di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha
BRIN Beberkan Penyebab Hujan Deras Kerap Guyur Jakarta pada Dini Hari. Warga melintas saat hujan di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan alasan wilayah DKI Jakarta kerap diguyur hujan deras pada dini hari, utamanya dalam beberapa waktu terakhir.

Peneliti Ahli Utama Klimatologi dan Perubahan Iklim BRIN Erma Yulihastin mengatakan bahwa terdapat peningkatan signifikan hujan ekstrem di berbagai wilayah di Indonesia, tak terkecuali kawasan utara Pulau Jawa bagian barat.

Terdapat variasi fase hujan diurnal di wilayah yang mencakup DKI Jakarta itu, sehingga hujan maksimum di darat terjadi pada dini hari dengan frekuensi yang signifikan, yakni sekitar 20%.

Padahal, pola hujan diurnal di BMI pada dasarnya mengikuti pola umum hujan di darat yang dipengaruhi oleh angin darat-laut dan gelombang gravitasi, sehingga fase kejadian hujan adalah sore hari di atas darat dan pagi hari di atas laut.

"Hasil kajian kami menunjukkan karakteristik utama hujan dini hari yang terjadi di utara Jawa bagian barat, yaitu hujan mengalami propagasi yang kuat dari laut menuju darat maupun sebaliknya,” katanya di Jakarta, Rabu (31/1/2024).

Karakteristik berikutnya ialah keacakan dalam hal fase terjadinya hujan, yang terjadi pada rentang waktu pukul 01.00 hingga 04.00 WIB.

Menurut Erma, berdasarkan kajian tersebut, hujan dini hari memiliki keterkaitan yang kuat dengan hujan ekstrem yang memicu banjir besar di wilayah DKI Jakarta.

“Hujan dini hari yang turun dengan intensitas tinggi atau ekstrem [P99th] tersebut bahkan telah dibuktikan menjadi penyebab banjir besar di Jakarta pada 2007, 2013, 2014, dan 2020,” tambahnya.

Dia melanjutkan, kajian mengenai indikasi perubahan hujan diurnal menjadi kunci penting untuk memahami pola cuaca ekstrem yang terjadi di Benua Maritim Indonesia (BMI), sebagai dampak dari pemanasan global.

Selain itu, kajian proyeksi perubahan iklim tersebut juga diperlukan sebagai bentuk validasi agar indikasi perubahan iklim yang terjadi secara aktual di Indonesia dapat dipetakan dengan lebih baik, khususnya dalam hal perubahan pada pola musim dan cuaca ekstrem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper