JAKARTA: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengajak pemuka agama untuk ikut mendukung pengurangan penyebaran virus mematikan human immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome melalui pembinaan akhlak dan religi kalangan kaum muda Ibu Kota.
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan pengaruh era globalisasi, selain membawa dampak positif juga hal yang negatif bagi perkembangan kehidupan masyarakat Jakarta yang menyebabkan terjadinya degradasi etika dan moral yang dapat membawa ke jurang kenistaan.
Dampak negatif dari era globalisasi, lanjutnya, terlihat dari banyaknya pengguna narkoba dan penyimpangan perilaku serta perubahan pengguna dan penularan HIV/AIDS di Jakarta dari semula hanya didominasi kalangan remaja, kini menjangkau karyawan kantoran dan ibu rumah tangga.
“Problematika tersebut harus dihadapi oleh pemprov dan juga Majlis Ulama Indonesia DKI dengan terus menerus membentengi umat dari pengaruh negatif globalisasi,” katanya seusai membuka rapat kerja daerah II MUI DKI di Jakarta, hari ini.
Menurutnya, upaya pencegahan harus dilakukan secara terus menerus, mengingat data yang dilangsir Komisi Penanggulangan AIDS Daerah DKI Jakarta pada periode Januari-Juni 2011 jumlah penderita HIV/AIDS di Ibu Kota mencapai 1.184 orang.
Adapun berdasarkan klasifikasi pekerjaannya, lanjutnya, urutan pertama ditempati karyawan sebanyak 283 orang terdiri dari 199 orang kasus HIV dan 84 kasus AIDS, disusul ibu rumah tangga 147 orang, wiraswasta 139 orang, narapidana 48 orang, buruh kasar 32 orang, tenaga profesional non medis 29 orang, dan siswa atau mahasiswa 27 orang.
“Jumlah penderita HIV/AIDS di Jakarta cenderung meningkat dan diantara mereka beragama Islam. Saya kira, ini menjadi tugas ulama Jakarta, khususnya MUI DKI untuk lebih menyentuh kaum muda dalam pembinaan akhlak,” ujarnya.
Dia menegaskan upaya penurunan jumlah penularan virus mematikan HIV/AIDS yang secara represif dilakukan di Jakarta itu tidak akan berhasil jika tidak disertai dengan adanya pembinaan akhlak yang baik secara berkelanjutan. (arh)