JAKARTA: Kementrian Pekerjaan Umum secara bertahap membangun 39 tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) dengan investasi sekitar Rp700 juta-Rp1,5 miliar per unit di sepanjang aliran sungai Ciliwung di wilayah Jakarta dan daerah hulu guna umencegah pencemaran sungai itu.
Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengatakan tingkat pencemaran sungai Ciliwung cukup parah mencapai 360 m3 sampah per hari dari limbah domestik sekitar 272.000 jiwa yang tinggal di sepanjang aliran sungai yang menjadi salah satu icon Jakarta tersebut.
“Hasil kajian kualitas air Ciliwung memperlihatkan masih banyak pembuangan limbah dan sampah di 45 titik yang tersebar di 15 kelurahan dengan volume mencapai 360 m3 per hari. Namun, proses pengangkutan sampah itu baru bisa dilakukan di pintu air Manggarai,” katanya.
Djoko dalam acara demontrasi pembersihan sungai Ciliwung yang dilakukan Gerakan Ciliwung Bersih di kawasan Karet Tengsin, Tanah Abang Jakarta, pada akhir pekan lalu, mengatakan telah membangun 6 unit dari rencana 39 TPSP tersebut.
Menurutnya, TPST dengan konsep reduce, reuse, dan recycle yang antara lain menghasilkan produk daur ulang, kompos dan gas metan sebagai sumber energi alternatif yang bisa dipakau untuk memasak itu dapat mencegah agar sampah tidak dibuang ke sungai.
Kementrian Pekerjaan Umum, lanjutnya, selain 6 TPST itu juga telah membangun 7 unit dari 8 pengelolaan air limbah yang berasal dari permukiman , industri dan gedung perkantoran di sepanjang aliran sungai yang membelah kota Jakarta.
“Kami berharap ada swasta yang berpartisipasi membangun TPST yang investasinya mencapai sekitar Rp700 juta-Rp1,5 juta per unit. Dan kepada swasta itu dipersilahkan memasang logo perusahaannya dengan ukuran yang besar di lokasi TPST,” tegasnya.
Sementara itu Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya mengatakan kementrian dengan dukungan banyak pihak dan Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) berhasil menyusun master plan penanganan pencemaran sungai Ciliwung dari hulu hingga hiliarnya.
“Selain itu juga terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan industri tentang penanganan pencemaran air sungai Ciliwung, termasuk mengenai sanksi administratif dan pidana bagi industri dan siapa saja yang membuang limbah ke sungai,” ujarnya.
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo pada kesempatan yang sama mengatakan kepedulian dan rasa memiliki warga terhadap sungai Ciliwung masih rendah sehingga sulit untuk diajak menjaga, merawat, membersihkan dan membangun sungai tersebut.
“Untuk itu Pemprov DKI mendukung kegiatan yang diselenggarakan Gerakan Ciliwung Bersih maupun berbagai institusi dan perusahaan swasta untuk kebaikan sungai Ciliwung, karena dapat membangkitkan rasa peduli dan rasa memiliki di kalangan warga terhadap sungai ini,” ujarnya.
Sementara itu Pembina Gerakan Ciliwung Bersih Erna Witoelar mengatakan GCB dengan dukungan 59 institusi dari unsur pemerintah pusat dan daerah, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat dan dunia usaha berusaha terus mendorong upaya perlindungan sungai Ciliwung.
Apalagi, lanjutnya, sungai Ciliwung yang merupakan anugrah dari Tuhan yang tidak boleh dikotori dengan membuang limbah ke dalamnya, sehingga sungai Ciliwung dapat menjalankan fungsinya dengan baik mengalirkan air dari hulu ke laut. (sut)