Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi-Ahok, Pro-Kontra Blogger

Bisnis.com, JAKARTA - Sejak duet maut  Jokowi (Joko Widodo)-Ahok (Basuki Tjahya Purnama) –begitu kata para simpatisan— banyak orang di Jakarta yang menderita sakit gila. Ketenangannya, yang mungkin selama 30 tahun belakangan ini tidak

Bisnis.com, JAKARTA - Sejak duet maut  Jokowi (Joko Widodo)-Ahok (Basuki Tjahya Purnama) –begitu kata para simpatisan— banyak orang di Jakarta yang menderita sakit gila. Ketenangannya, yang mungkin selama 30 tahun belakangan ini tidak terusik dan memberikan banyak harta, seperti diganggu. Mereka pun merasa kenikmatan duniawi mereka terancam lenyap.

“Ya gilalah mereka…Gimana engga. Selama ini sudah dapat uang jutaaan sampai ratusan juta tiba-tiba diusik. Saya aja gila jika biasa terima gaji jutaan terus di-PHK…Apalagi ini ratusan juta hilang sekejap…” Begitu kata para simpatisan Jokowi-Ahok.

Tak terkecuali di balik penataan Danau Rio-Rio, Danau Sunter, Tanah Abang, Jatinegara, Jatinegara Kaum, bisnis angkutan kota, ‘bos’ parkir liar, suap perijinan, bahkan proyek ‘kong kalikong’ di Balaikota. Langkah penataan Jokowi-Ahok  itu jelas akan memuncratkan sikap perlawanan. Namun, dari mereka yang selama ini meraih proyek dari cara ‘kong kalikong’ alias main mata tanpa peduli cara itu justru merugikan banyak pihak dibandingkan dengan yang diuntungkan.

Mantan Gubernur DKi Fauzi Bowo – dalam pilihan jendelakemayoran.blogspot.com-- ditulis  selain membangun Rusunawa Jokowi-Ahok juga harus membangun kemampuan pembiayaan dan kemampuan dari masyarakat untuk berkontribusi. "Contohnya di Singapura, saat membangun perumahan, yang dibangun bukan cuma rumah tapi bangun dulu kesejahteraan wargannya, sehingga mereka mampu membeli," ujarnya.

Ia melanjutkan, dengan demikian kesejahteraan terbangun secara integrasi, selain itu beban Pemprov pun akan berkurang. "Bangun boleh saja, asal jangan bikin bangkrut nantinya," ucapnya.

Anggota Fraksi Gerindra DPRD DKI M Sanusi menilai rencana Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnomo (Ahok) untuk menjadikan Sekolah sebagai penempatan PKL akan menyebabkan masalah baru. "Saya ingatkan, jangan selesaikan masalah dengan membuat masalah baru," kata Sanusi di -aktual.blogspot.com/

Kembali ke fenomena JOKOWI – AHOK – maintain.mywapblog.com-- kita  jagokan untuk membenahi kehidupan lebih maju,tapi tahukah kita bahwa JOKOWI - AHOK juga adalah manusia biasa seperti kita yang akan salah, lupa dalam melakukan tugas/amanat yg kita berikan kepada beliau,jadi kalau kita sudah menyadari bahwa JOKOWI - AHOK adalah manusia biasa jika melakukan kesalahan/kealpaan maka kita tidak akan terlalu kecewa merasa bersalah karena telah memilih beliau.

Jokowi-Ahok memang kontras. Dari gaya bicara, cara kerja, melihat masalah semua berbeda. Bahkan sampai soal music: lebih ngerock. Juga kontras di mata pejabat di Balaikota Jakarta. Para kepala dinas dibuat kalang-kabut mengikuti perintah-perintah gubernur yang bertenggat waktu singkat itu.  Seperti perintah untuk membersihkan kali Padengan yang berbau busuk karena sampah yang menumpuk.

Jokowi-Ahok lebih menyentuh ‘jiwa’ begitu kata orang bayak. Seperti belum lama ini di JIexpo Kemayoran saat mendampingi presiden membuka Trade Expo Indonesia 2012. Saat nama Jokowi disebut oleh pembaca acara, berikutnya disebut lagi oleh mendag dan presiden, ia memperoleh sambutan tepuk-tangan paling gegap-gempita dibanding yang lain.

Pada bagian lain, kepopuleran Jokowi yang mengundang antusiasme berlebihan warga di setiap kunjungan lapangan dapat mengakibatkan misi belanja masalah menjadi bias dan tidak efektif.

Jokowi selalu menjadi kerubutan warga, lebih sibuk meladeni orang-orang yang ingin bersalaman atau berfoto bersama sehingga proses dialognya tidak berlangsung maksimal.

Benar. Jokowi-AHok lebih seperti gula dan semut, kata satu tulisan di blok Kitabasmikorupsi. Dimana ada sosok Jokowi di situ pasti banyak orang yang memburunya. Entah itu hanya ingin melihat, ingin berjabat tangan atau mengejar berita saja, Ini benar-benar kali pertama terjadi di Indonesia semenjak presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno, yang selalu ramai disaat berpidato.

Pak Jokowi dan Pak Ahok membawa atmosfir baru bagi kota Jakarta. Seperti air di padang yang tandus, atau secercah cahaya di tengah kegelapan :) –demikian tulis enkelia.blogspot.com.

Dari enam pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang akan berlaga dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) di DKI Jakarta, Juli 2012 -- http://everinvionitaxiipsi.blogspot.com-- yang paling fenomenal adalah pasangan Joko Widodo alias Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Dengan rekam jejak sang pemenang –tulis Jeffrie Geovanie  di http://jeffriegeovanie.com--  yang biasa menyatu dengan rakyat dan berbicara dengan bahasa rakyat, besar harapan kita,Jakarta ke depan bisa menjadi kota milik bersama. Menjadi kota yang bersahabat dan nyaman untuk semua orang dengan segenap warganya yang bisa menjaga hubungan erat satu sama lain walaupun dibedakan suku/ras, agama,dan golongan.

Mengapa paling fenomenal? Pertama, pasangan ini merupakan perpaduan dua tokoh lokal yang unik dengan prestasinya yang fenomenal. Jokowi adalah Wali Kota Solo yang terpilih untuk kedua kalinya dengan  91%  suara. Meskipun “hanya” walikota, popularitas Jokowi di Jawa Tengah melebihi gubernur. Terbukti, pada saat terjadi sengketa antara keduanya, Jokowi tampil menjadi pemenang.

Yang mendampingi Jokowi, Ahok, juga istimewa karena ia pernah terpilih menjadi Bupati Belitung Timur yang berpenduduk mayoritas muslim fanatik yang dalam pemilu legislatif merupakan basis pendukung Partai Bulan Bintang (PBB) yang jelas-jelas mengusung asas Islam. Padahal Ahok sendiri non-muslim.

Langkah ‘kotroversial’ bukan tanpa alasan. Penataan kota terkait dengan daerah resapan dengan cara ‘kontroversial’ adalah permintaan keadaan. Fauzi Wibowo mengimbau agar Jakarta segera diselamatkan karena termasuk ke dalam kota-kota besar yang mendapatkan peringatan bahwa beberapa tahun ke depan akan tenggelam apabila tidak ada langkah cepat.

Jakarta ini masuk nomor 11 dari 20 kota yang akan tenggelam, ini perlu perhatian bukan hanya pemerintahnya tetapi juga warganya.

Akankah fenomena pasangan ini berlanjut ke daerah-daerah lainnya, untuk memunculkan insan-insan berkualitas lagi? Mungkin nilai plus yang paling baik dari pasangan ini adalah transparantsi yang sangat baik. Anda dapat melihat hasil kerja, dan juga kegiatan pasangan ini di website pribadi milik Pak Basuki yang beralamat di Ahok.org. Semoga indonesia bisa jadi lebih baik. Demikian  priakabut.blogspot.com

… Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ternyata memiliki satu kesamaan. Hal ini diungkap oleh Pakar Marketing Hermawan Kartajaya. "Ya, seneng blusukan itu kesamaannya. Yang otentik itu lebih efektif (untuk marketing) ketimbang promosi-promosi," kata Hermawan  di imap.108jakarta.com.

Dia melihat, aksi dan perilaku ketiga tokoh tersebut sebagai perilaku sehari-hari yang tidak mengada-ada. Dia juga tidak heran melihat antusiasme masyarakat memberi apresiasi pada tiga tokoh tersebut. "Jokowi otentik, Ahok itu juga otentik. Saya tanya kepada orang yang sudah kenal Ahok lama, apakah Ahok itu sama dengan Jokowi? Iya, Pak. Ya jadi memang seperti itu," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper