Bisnis.com, JAKARTA - Beberapa kalangan sempat mempertanyakan mengapa Dinas Perhubungan (Dishub) DKI memesan armada baru bus Transjakarta dan Bus Kota Terintegrasi Busway (BKTB) dari China, bukan dari Jepang atau Eropa.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Dishub DKI Drajat Adhyaksa mengatakan hal itu dikarenakan pada saat diadakan lelang terbuka, tidak ada peserta lelang yang mengajukan pengadaan bus dari Eropa dan Jepang.
"Siapapun dan negara manapun boleh ikut. Kebetulan yang ikut lelang itu [pengadaannya] cuma dari China, nggak ada yang dari Jepang atau Eropa. Nggak ada yang menghalangi atau apa," ujarnya di Balai Kota, Senin (10/2/2014).
Drajat mengklaim proses lelang ini sebelumnya sudah dilakukan beberapa kali karena banyak peserta lelang yang tidak mampu memenuhi spesifikasi yang diminta oleh Dishub DKI.
Spesifikasi khusus yang dimaksud di antaranya adalah bus yang memiliki high floor dan berbahan bakar gas. Beberapa bus yang diimpor dari China itu di antaranya berasal dari pabrikan Zhong Thong, Yutong, Ankai, dan BCI.
Presiden Direktur PT San Abadi Indra Krisna mengatakan kualitas bus yang didatangkan dari China tersebut tidak kalah dibandingkan dengan merk-merk dari Jepang atau Eropa.
Dia mengungkapkan perusahaannya merupakan ATPM untuk bus yang berasal dari pabrikan Ankai. "Merk kami itu bukan merk sembarangan. Mereka [Anhui Ankai Automobile Co. Ltd, nama perusahaan pembuat bus Ankai] memasok juga ke Amerika Latin dan Eropa dan perusahaannya sudah go public."
Seperti diketahui, Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama merasa heran mengapa bus untuk Transjakarta dan BKTB semuanya merupakan produk negara China, padahal masih banyak produsen lain yang menurutnya lebih teruji dan setara dengan Mercedes Benz, Scania, dan Volvo.
"Sepertinya ada unsur kesengajaan, produsen otomotif berasal dari negara-negara Eropa atau Barat tidak dimasukkan lelang," kata mantan Bupati Belitung Timur ini.
Di lain pihak, Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta Azas Tigor Nainggolan juga menyayangkan hal yang sama. Apalagi, biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan bus dari China tersebut justru lebih mahal.
"Bus sedang dibeli dengan harga Rp 650 juta per unit. Sementara Kopaja AC yang merk-nya Toyota, harganya Rp 450 juta. Masa lebih mahal bus China? Itu juga langsung berkarat," kata Tigor.
Calon legislatif dari Partai Nasional Demokrat ini juga mengatakan terdapat bus gandeng dari merek Mercedes Benz yang berkualitas lebih baik dengan harga lebih murah, yaitu Rp3,2 miliar. Sedangkan bus yang saat ini diimpor dari China oleh Dishub DKI memiliki harga Rp3,7 miliar.
Namun perlu diketahui, Tigor melakukan perbandingannya dengan bus berbahan bakar solar, sedangkan bus yang dipesan oleh Dishub DKI menggunakan spesifikasi mesin berbahan bakar gas.
(Hedwi Prihatmoko/ Akhirul Anwar)