Bisnis.com, JAKARTA - Presiden terpilih Joko Widodo akan tetap melanjutkan proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) kendati terdapat beberapa pihak yang mengkritik mega proyek tersebut.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) DKI adalah salah satu pihak yang sempat menolak proyek ini karena dianggap akan merusak pantai utara Jakarta secara keseluruhan yang saat ini kondisinya sudah buruk.
"Akan terus kita lanjutkan, soal urusan lingkungan dan itung-itungan nanti di amdal (analisis mengenai dampak lingkungan)," ujar Jokowi di sebuah rumah makan di kawasan Sunter, Rabu (8/10/2014).
Jokowi, sapaan akrabnya, berkomitmen meneruskan proyek yang ditaksir menelan anggaran hingga Rp400 triliun tersebut dengan alasan agar Jakarta tidak tenggelam dalam waktu 50 tahun ke depan.
Dirinya menjelaskan tanah Jakarta turun antara 10 centimeter hingga 30 centimeter di beberapa tempat setiap tahunnya. Oleh karena itu, apabila proyek NCICD tidak segera dimulai, dirinya khawatir Jakarta akan tenggelam.
Menurut rencana, groundbreaking atau pemancangan tiang pertama pembangunan tanggul sepanjang 8 kilometer di pantai utara Jakarta, yang merupakan tahap A dari proyek NCICD, akan dilaksanakan Kamis besok (9/10/2014). Pembagian tanggung jawab pembangunan tanggul ini dibagi antara pemerintah pusat dan pemprov DKI.
"Iya dibagi, biar nanti enggak binggung kalau pusat, DKI, dan beberapa kementrian jadi satu. Kalau digabung semuanya bisa rumit," ucap mantan Walikota Kota Solo ini.
Kendati Jokowi menilai proyek NCICD memiliki banyak manfaat untuk Jakarta ke depannya, dia mengimbau agar semua aspek yang akan terkena dampak mega proyek ini diperhitungkan, seperti aspek lingkungan sosial, habitat makhluk hidup yang ada di laut, hingga aspek perekonomian para nelayan yang mencari nafkah di laut utara Jakarta.
Senada dengan Jokowi, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama juga berkomitmen akan meneruskan proyek NCICD. Menurut pria yang akrab disapa Ahok ini pemprov DKI akan tetap mendapat kritik walaupun proyek yang diharapkan rampung pada 2030 ini batal dikerjakan.
Kalau dengar kritikan terus, nanti kalau Jakarta tenggelam pun juga dikritik juga toh. Jadi, kita pikir mana yang lebih baik saja, tuturnya.