Bisnis.com, TANGSEL-Pendapatan angkutan umum dalam kota (angkot) Tangerang Selatan menurun pasca penaikan harga bahan bakar minyak premium menjadi Rp8.500 per liter.
Penaikan tarif angkot jenis carry dan mikrolet sebesar Rp1.000 belum menjadi solusi karena setoranya ke pemilik armada juga naik Rp10.000-Rp20.000 per kendaran per hari sesuai kondisi mobil.
Nandang, pengemudi angkot carry S-10 rute pasar Ciputat-Bintaro-Kelurahan Pondok Betung mengatakan setoran ke pemilik mobil naik dari Rp80.000 menjadi Rp90.000-Rp100.000 per hari.
“Penaikan harga BBM dan setoran membuat penghasilan kami turun karena mencari sewa [penumpang] juga semakin susah, banyak orang pindah naik motor,” katanya, Kamis (4/12/2014).
Menurutnya, awak angkot berharap masa penyesuaian dengan penaikan harga BBM dan berikut segala imbasnya dapat secepatnya berakhir mengingat beban yang ditanggung pengemudi yang cukup berat.
Apalagi, lanjutnya, beberapa armada memasuki masa uji kelayakan kendaraan (KIR) sehingga sementara waktu tidak bisa beroperasi untuk sejumlah perbaikan yang diperlukan dan menjadi proses pelaksanaan KIR.
Sementara itu Wijaya Kusuma, Kabid Angkutan Dishubkominfo Kota Tangsel, mengatakan pihaknya bersama kepolisian terus melakukan razia terhadap kendaran niaga agar memenuhi kewajiban membayar pajak kendaraan bermotor (PKB).
“Dalam razia itu, kami dan kepolisian mengimbau masyarakat untuk tertib administrasi kendaraan [niaga] dan menuntaskan kewajibannya sebagai wajib pajak,” katanya.
Dia menjelaskan pembayaran pajak merupakan bentuk kesadaran masyarakat, khususnya sopir dan pemilik angkot dengan memperpanjang KIR kendaraanya.
Menurutnya, setiap hari rata-rata mencapai 60-70 unit kendaraan niaga melakukan uji KIR di tempat pelayanan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kota Tangsel.