Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Benang Merah Iwan Fals, Marwan Jafar & Lagu Desa

Diantara sekian banyak karya Iwan Fals, lagu Desaterdapat pada album Manusia 1/2 Dewa adalah salah satu lagu yang saya suka. Disajikan secara akustik, dan lirik mudah dicerna, lagu Desa mengandung makna dan kritik cukup menohok, khususnya bagi pemerintah.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal & Transmigrasi Marwan Jafar & Iwan Fals./Bisnis.com
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal & Transmigrasi Marwan Jafar & Iwan Fals./Bisnis.com

Bisnis.com, DEPOK - Diantara sekian banyak karya Iwan Fals, lagu Desa—terdapat pada album Manusia 1/2 Dewa adalah salah satu lagu yang saya suka.

Disajikan secara akustik, dan lirik mudah dicerna, lagu Desa mengandung makna dan kritik cukup menohok, khususnya bagi pemerintah.

Larik pertama pada bait lagu Desa, saya kira menjadi larik pembuka yang pas untuk mewakili bait-bait berikutnya. Iwan Fals, sang legenda musik balada itu, memang piawai menciptakan lagu dengan lirik-lirik pedas yang relevan dengan kondisi kekinian bangsa ini, bangsa Indonesia.

Lagu Desa ini menjadi semacam kegelisahan bahkan kekesalan Iwan melihat realitas desa yang tidak terurus. Padahal, desa menyimpan kekayaan yang bisa dinikmati warganya. Lagu Desa, saya kira, selain sederhana, juga memiliki rima akhir yang indah.

Desa harus jadi kekuatan ekonomi
Agar warganya tak hijrah ke kota
Sepinya desa adalah modal utama
Untuk bekerja dan mengembangkan diri

Mari simak, pada bait pertama lagu Desa memiliki rima a-b-b-a. Tentu saja, pada bait-bait berikutnya, Iwan membubuhkan rima-rima akhir yang begitu beragam. Saya jadi membayangkan, tanpa paduan musik pun, teks pada lagu Desa akan indah terdengar, seperti mendengar seseorang membaca sajak yang asik.

Mungkin karena lagu Desa inilah, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar mendapat ilham atau semacam inspirasi untuk mengembangkan program pembangunan desa. Marwan sadar betul, larik pertama lagu Desa, Desa harus jadi kekuatan ekonomi mesti segera diimplementasikan dalam program kementeriannya.

Maklum, dalam pengakuannya, mantan Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPR RI itu, sangat getol melemparkan wacana Rancangan Undang-Undang Desa, hingga disyahkannya Undang-Undang No 6/2014 Tentang Desa. Hingga akhirnya, Joko Widodo sang presiden periode 2014-2019 itu mengangkatnya menjadi menteri yang khusus menangani perdesaan.

Ada yang menarik dari istilah Marwan, sang menteri, yang bertugas mengembangkan pembangunan desa itu. Salah satu strateginya adalah "menebar gula-gula di seluruh desa agar para semut-semut desa tidak beranjak ke kota". Ini menjadi kiasan yang cukup berkaitan dengan larik kedua lagu Desa seperti yang dilantunkan Iwan Fals itu—Agar warganya tak hijrah ke kota.

Potensi inilah, yang menurut Marwan, bahwa desa sebagai modal utama untuk memberdayakan warga desa bekerja dan mengembangkan diri tanpa harus beranjak ke kota. Potensi dan peluang ekonomi di desa bahkan tidak kalah penting dari kondisi di kota.

Maka menjadi wajar apabila Marwan, pada Selasa (16/12/2014) merasa perlu sowan atau menyambangi kediaman Iwan Fals di Leuwinanggung, Depok, Jawa Barat. Persepsi ihwal desa yang dilantunkan oleh Iwan sejalan dengan program kementerian yang dinaungi Marwan. "Lagu Desa ini menjadi inspirasi kami. Dalam lagu itu banyak sekali persamaan impian yang ingin kami kerjakan," kata Marwan.

Bahkan, Marwan sempat meminta semacam ‘nasihat’ pada Iwan soal bagaimana mengembangkan desa yang baik. Sayang, Iwan Fals mengaku tidak pantas memberikan arahan pada sang menteri. Kapasitasnya sebagai musisi lebih tepat apabila memberi masukan melalui lagu-lagu yang diciptakannya.

Bagi Marwan, kekayaan alam di desa apabila dikelola dengan baik akan mendatangkan nilai ekonomi yang besar. Penataan desa melalui pembangunan ideal akan mendatangkan iklim investasi. Secara otomatis, lahan kerja akan semakin besar, dan orang-orang desa tidak perlu hijrah ke kota.

Langkah yang akan dilakukan sang menteri pada awal 2015 adalah menyerahkan bantuan anggaran sebesar Rp1,4 miliar per desa. Setelah itu, dia menargetkan pembentukan 5.000 Badan Usaha Milil Desa (BUMDes). Dia menilai BUMDes yang ada, sekitar 4.000 jauh dari angka ideal jika dibandingkan dengan jumlah desa secara keseleruhan yang mencapai sekitar 74.000.

Oleh karena itu, penguatan usaha-usaha desa dengan memperbanyak BUMDes akan dilakukan pada sektor-sektor potensial semacam pertanian, perkebunan, pertambangan hingga usaha-usaha yang memiliki kearifan budaya lokal.

Marwan berencana membangun desa-desa di kawasan pesisir, pegunungan dan pinggiran. Pembangunan, katanya, bukan sekadar diksi dari kata membangun semata. Tetapi ia ingin melibatkan warga dalam pembangunan tersebut, agar warga ikut merasakan bahwa mereka juga berhak atas pembangunan tersebut.

Di tengah-tengah wacana pembangunan desa itu, muncul pertanyaan mengapa Marwan begitu serius ingin menjadikan desa sebagai tulang punggung kedua perekonomian atau kemandirian bangsa.

Dia tahu betul, sebagai seorang kader Nahdliyin—sebutan untuk ormas Islam NU—kebanyakan warganya berada di desa, jarang merasakan kesejahteraan. “Bahkan seringkali mereka terpinggirkan dan terisolasi tanpa akses pembangunan apapun,” paparnya.

Dengan demikian, keterkaitan antara Marwan Jafar, Iwan Fals dan lagu Desa menjadi semacam benang merah keberadaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Atas dasar itulah, Marwan dalam sowannya, ingin mengajak Iwan Fals sebagai Duta Desa. Sehingga dalam pelaksanaan program-programnya, Iwan diharapkan akan menjadi daya gedor semangat warga dalam membangun desanya.

Iwan Fals sendiri mengaku kaget. Lagu Desa yang diciptakannya itu tak menyangka menjadi inspirasi. Namun ia setuju bahwa desa menyimpan banyak potensi yang bisa dikembangkan. Iwan menyebut tak sedikit orang-orang besar lahir dari desa. Tak sedikit kekayaan alam di desa bisa dimanfaatkan warga setempat.

Iwan percaya, siapapun orang yang bertanggung jawab mengelola desa, selama ia memiliki niat baik dalam membangun, maka impian desa menjadi mandiri dan tempat mengembangkan diri akan terwujud.

“Intinya yang harus dipikirkan adalah bagaimana merangsang orang baik agar lahir dari desa. Saya bukan ustadz, tetapi saya merindukan Indonesia yang lebih baik,” ujar Iwan.

Sepintas, pernyataan Iwan Fals itu memang harus diamini. Sebagai musisi yang kerap melantunkan lagu-lagu kritis, ia berharap sebuah kondisi bisa berubah menjadi lebih baik. Tak terkecuali pembangunan desa yang dia lantunkan dalam lagu Desa, jauh sebelum kehadiran kementerian tersebut. Maka, dalam bait lagu Desa berikutnya, Iwan dengan cerdas menciptakan larik-larik yang penuh harapan.

Walau lahan sudah menjadi milik kota
Bukan berarti desa lemah tak berdaya
Desa adalah kekuatan sejati
Negara harus berpihak pada para petani

Entah bagaimana caranya
Desalah masa depan kita
Keyakinan ini datang begitu saja
Karena aku tak mau celaka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Miftahul Khoer
Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper