Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sehari, Kikil Berformarlin & Pemutih Terjual 100 Kg

Polisi menggerebek enam rumah yang memproduksi makanan kikil di Kalideres, Jakarta Barat. Rumah-rumah itu digerebek lantaran kikil yang dibuat dari kulit sapi itu diduga mengandung formalin.
Pengusaha kikil/Antara
Pengusaha kikil/Antara

Bisnis.com, JAKARTA— Polisi menggerebek enam rumah yang memproduksi makanan kikil di Kalideres, Jakarta Barat. Rumah-rumah itu digerebek lantaran kikil yang dibuat dari kulit sapi itu diduga mengandung formalin.

“Kami masih mendalami apakah benar ada formalin atau tidak,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Barat, Ajun Komisaris Besar Putu Putera Sadana di Kalideres, Jakarta, Rabu, (11/3/2015).

Polisi masih memeriksa pembuat dan pemilik rumah yang dijadikan pabrik tersebut. Saat ini status mereka masih sebagai saksi.

Seorang pemilik rumah, Sri, 33, mengaku memproduksi kikil bersama suaminya, Joko, 34. Dia tidak membantah jika dalam proses produksi menggunakan formalin. Bahkan pemakaian formalin itu dilakukan sejak Juli 2014.

“Biar laris pakai formalin,” ucapnya.

Sri mengatakan formalin digunakan untuk menjaga keawetan bahan baku. Sebab, kulit sapi akan membusuk setelah satu hari.

Berkat formalin, Sri mengatakan omzet usahanya meningkat. Dalam sehari, dia mampu menjual hampir 100 kilogram kikil seharga Rp17 ribu per kilogram. Pembelinya sebagian besar berasal dari pedagang di Jakarta Barat.

Sri mengaku dahulu tak pernah menggunakan formalin. Namun, hampir setiap hari sebanyak 40-50 kilogram kulit sapi yang mereka beli membusuk. Akibatnya, biaya produksi meningkat karena harus membeli bahan baru.

“Jadi kami putuskan pakai formalin biar awet,” ujar perempuan asal Pekalongan, Jawa Tengah ini.

Pemutih

Seorang pekerja di pabrik kikil, Wasrono, 35, mengatakan penggunaan zat berbahaya pada pabrik rumahan itu bukan cuma formalin. Saat memproduksi, mereka juga menggunakan bahan kimia H2O2 dan pemutih. Tujuannya, agar kikil terasa licin dan bening.

“Pakai pemutih biar tidak bau juga,” tuturnya.

Penggunaan formalin dan pemutih dalam produksi kikil, menurut Warsono, juga diketahui oleh warga sekitar.

Proses produksinya, kulit sapi dipotong dan dikuliti hingga bersih. Bagian yang sudah dipotong itu kemudian direndam menggunakan pemutih, formalin, dan pelicin. Kikil itu langsung berubah warna menjadi putih bening.

“Setelah direndam, baru kemudian digoreng, lalu dijual kepada pedagang,” kata Wasrono.

Kulit-kulit sapi di rumah-rumah produksi kikil itu sebagian dibiarkan tergeletak di bilik-bilik pengolahan. Kulit sapi dihinggapi lalat lantaran dibiarkan begitu saja tanpa penutup.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan DKI Jakarta, Dewi Prawitasari, mengatakan sudah memeriksa sampel awal kikil yang diduga mengandung bahan kimia berbahaya. Hasilnya, sampel tersebut dinyatakan positif mengandung formalin.

 “Karena itu, pabriknya digerebek untuk diuji sampel lebih lengkap,” katanya.

Saat operasi penggerebekan, polisi dan petugas BPOM mengambil lima sampel yang berasal dari enam rumah pembuat kikil. Hasil pengujian laboratorium baru bisa diketahui paling cepat pada Jumat  (13/3/2015).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo.co

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper