Bisnis.com, JAKARTA--Sampah yang berserakan di sungai yang menjadi sumber bahan baku air untuk warga Jakarta menyulitkan PT. PAM Lyonnase Jaya (Palyja). Perusahaan ini menilai aksi buang sampah sembarang ke sungai itu adalah tindak kejahatan, dan perlu tindakan represif.
Kepala Corporate Communication and Social Responsibilities Palyja, Meyritha Maryanie, mengatakan untuk memasok air bersih dari 13 sungai di Jakarta, pihaknya masih kesulitan. Salah satu penyebabnya adalah kualita air sungai yang kian memburuk.
"Dibutuhkan tambahan air baku dari dalam DKI Jakarta sendiri," katanya.
Dikatakan, sebetulnya air di Jatiluhur bersih. Itu sebelum di Kalimalang ada yang kanal Tanjung Barat. Di sanarawan untuk krisis air karena jebol, maka diperlukan pipa tertutup. Pipa tertutup itulah yang akan membantu mendistribusikan air dari waduk Jatiluhur ke Jakarta."
"Bekasi masuk Kalimalang, rawan krisis air karena tebing-tebingnya jebol. Dulu 2011 pernah kejadian sampai jebol pipa dan itu bisa terjadi di mana saja, kapan saja," ujar Meyritha.
Meyritha menilai penyediaan air bersih membutuhkan dukungan dan partisipasi masyarakat, mengingat maraknya yang membuang sampah pada malam hari.
"Perlu tindakan represif menanggulangi sampah yang tidak selalu dari Jakarta, tapi sampah bawaan dari Bogor dan sekitarnya," jelas Meyritha.
Salah satu upaya Palyja adalah menyediakan perahu karet untuk mengambil sampah dari hulu sungai. Pemprov DKI sendiri sudah menanggulangi masalah sampah dan bekerja sama dengan Kopassus.
"Di Cijantung sampah di sungai yang ambil para Kopassus bersama masyarakat," kata Meyritha.