Pemulihan
Menurut Neneng, pemulihan paling sulit dari korban eksploitasi anak adalah mengobati mereka dari rasa trauma dan stres. Ditambah lagi, sejak kecil mereka sudah terbiasa bekerja.
"Kami terus memberi pemahaman bahwa sebagai anak mereka hanya bertugas sekolah, ibadah dan bermain. Mereka kan kebanyakan hidup di jalan, jadi kami juga kasih tahu etika dan norma, misal cara makan dan kaki tidak boleh dinaikkan ke atas," tuturnya.
Setidaknya terdapat 32 anak-anak yang menjadi korban eksploitasi secara ekonomi dan seksual, serta anak korban perdagangan dan anak terlantar.
"Mereka tidak selamanya di sini, karena tempat ini hanya sebagai shelter. Setelah menjalani terapi dan assesment, kami melakukan penelusuran kerabat terdekat mereka dan apakah mereka layak menerima anak ini nantinya. Panti adalah pilihan terakhir karena alternatif paling baik ke keluarga," jelas Neneng.
Dia pun meyakinkan bahwa anak-anak tersebut diberikan kepada orang yang tepat, sehingga tidak kembali menjadi anak jalanan atau dieksploitasi.
"Nanti ada monitor, mereka sekolah atau tidak, bersosialisasi dengan teman sebaya atau tidak. Kalau tidak ada perkembangan, bisa dikembalikan kepada kami lagi," ujar Neneng.
Dia berharap kerja sama dari semua instansi terkait untuk memerangi kasus eksploitasi terhadap anak.
"Kasus seperti ini sudah ada sejak dulu. Maka harus ada kerja sama semua instansi terkait. Mudah-mudahan yang dilakukan Polres Jakarta Selatan bisa jadi model di tempat lain, sehingga kalau terus dilakukan seperti ini, lama-lama eksploitasi anak berkurang dan akhirnya habis," harapnya.