Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I/2016 mengalami pertumbuhan 5,62%.
Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (y-o-y), yaitu 5,54%.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Donny P. Joewono mengatakan optimisme konsumen yang semakin kuat dengan peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan ini tidak diikuti oleh perbaikan kinerja belanja pemerintah dan kinerja ekspor.
"Kedua komponen pengeluaran ini justru tumbuh lebih rendah sehingga secara keseluruhan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan I/2016 hanya 5,62% alias lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya," katanya, Minggu (8/5/2016).
Realiasi pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) DKI Jakarta dari sisi permintaan pada triwulan IV/2015 mencapai 6,48%. Sementara itu, rata-rata pertumbuhan ekonomi Ibu Kota sepanjang tahun lalu tercatat 5,88%.
Donny menilai melemahnya kinerja belanja pemerintah pusat mengkontribusi penurunan konsumsi pemerintah pada triwulan ini. Serapan belanja APBD DKI Jakarta yang cukup baik pada triwulan I/2016 tidak diimbangi dengan penyerapan belanja APBN melalui Kementerian/Lembaga yang optimal.
"Porsi belanja Kementerian/Lembaga dalam komponen pengeluaran pemerintah di Provinsi DKI Jakarta cukup besar. Selain itu, lemahnya kinerja penyerapan belanja APBN oleh Kementerian/Lembaga berdampak pada lebih rendahnya pertumbuhan konsumsi pemerintah di Jakarta," paparnya.
Sementara itu, masih lemahnya perkembangan ekonomi global berdampak pada terkontraksinya kinerja ekspor dari DKI Jakarta. Perkembangan ini terutama terjadi pada penurunan ekspor barang dan berdampak pada melambatnya kinerja industri pengolahan pada triwulan I/2016.
Namun demikian, konsumsi rumah tangga masih terus menunjukkan perbaikan seiring dengan perbaikan optimisme konsumen dan membaiknya daya beli masyarakat.
Konsumsi rumah tangga pada triwulan I/2016 mengalami pertumbuhan 5,3% atau naik 0,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (y-o-y), yakni 5,1%.
Menurutnya, perbaikan tersebut tidak terlepas dari adanya peningkatan upah minimum provinsi (UMP) dan turunnya harga beberapa komoditas akibat penyesuaian harga BBM dan tarif tenaga listrik (TTL).
"Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut juga tercermin dari meningkatnya penjualan mobil, aktivitas impor barang konsumsi dan aktivitas lapangan usaha perdagangan," jelasnya.