Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik DKI Jakarta mencatat kunjungan wisatawan mancanegara ke ibu kota pada Maret 2018 naik 20,25% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Jakarta pada Maret 2018 mencapai 244.612 orang atau lebih besar dibandingkan Februari 2018 yang sebanyak 203.418 orang. Secara year-on-year (yoy) pun terjadi pertumbuhan 10,37% dibandingkan Maret 2017 yang sebanyak 221.620 kunjungan.
Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat lima negara yang menjadi pengunjung terbanyak yaitu China dengan jumlah kunjungan 40.117 orang atau 16,4% dari total kunjungan, Malaysia sebanyak 31.338 orang atau 12,81%, Singapura sebanyak 19.642 orang atau 8,03%, Jepang sebanyak 17.489 orang atau 7,15%, dan Arab Saudi sebesar 9.816 orang atau 4,01%.
Total kunjungan wisman dari kelima negara tersebut mencapai 118.402 wisman atau 48,4% dari keseluruhan kunjungan ke Jakarta.
"Kelima negara tersebut memiliki peranan sangat penting karena menjadi pasar utama pariwisata di ibu kota," kata Kepala BPS DKI Jakarta Thoman Pardosi kepada Bisnis, Rabu (2/5/2018).
Kendati demikian, peningkatan wisman tersebut tidak berdampak positif terhadap okupansi atau Tingkat Penghunian Kamar (TPK). TPK hotel berbintang pada Maret 2018 tercatat mengalami penurunan sebesar 0,66% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Dia menyebutkan okupansi TPK hotel berbintang pada Maret tahun ini adalah 61,77%, sedangkan pada Februari 2018 mencapai 62,43%. Okupansi Maret 2018 juga lebih rendah 2,48% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, secara agregat, rata-rata lama menginap tamu baik tamu asing maupun tamu Indonesia di hotel berbintang pada Maret 2018 adalah selama 2,14 hari. Jumlah tersebut mengalami peningkatan selama 0,01 hari dibandingkan dengan rata-rata menginap pada bulan sebelumnya yang sekitar 2,13 hari.
Thoman menjelaskan rata-rata lama menginap wisman pada Maret 2018 adalah selama 2,35 hari. Jumlah tersebut tercatat mengalami penurunan selama 0,76 hari dibandingkan dengan rata-rata menginap wisman pada bulan sebelumnya.
Akan tetapi, rata-rata menginap tamu Indonesia naik 2,1 hari dibandingkan dengan Februari 2018 yang selama 1,99 hari.
"Melihat fenomena ini, sepertinya wisman yang datang ke Jakarta [pada Maret 2018] hanya sekadar transit atau melakukan kunjungan singkat. Jadi kesimpulannya, peningkatan jumlah kunjungan wisman ke Jakarta tidak selalu mendatangkan keuntungan bagi para pelaku bisnis perhotelan," imbuhnya.