Bisnis.com, JAKARTA--Setelah sempat melambat pada triwulan sebelumnya, perekonomian DKI Jakarta kembali meningkat menjadi 6,41% pada triwulan III/2018.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Trisno Nugroho mengatakan pertumbuhan ekonomi saat ini ejalan dengan perkiraan bank sentral.
"Peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,41%, menandai masih positifnya prospek kinerja perekonomian Ibu Kota," katanya, Kamis (8/11/2018).
Dia menuturkan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada triwulan III/2018 terutama ditopang oleh membaiknya pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).
Salah satunya disumbang oleh progres pembangunan jalur MRT dan LRT serta datangnya beberapa set rangkaian keretanya secara bertahap selama triwulan III.
Di sisi lain, semakin dekatnya pelaksanaan pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden tahun 2019 berdampak pada semakin intensifnya kegiatan-kegiatan konsolidasi partai politik, sehingga turut mendorong konsumsi Lembaga Non Publik yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT).
Baca Juga
Pada sisi lapangan usaha (LU), penyelenggaraan Asian Games 2018 pada bulan Agustus hingga September lalu cukup memberikan dorongan yang positif pada LU Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan capaian pertumbuhan yang masih relatif tinggi, yaitu mencapai 6,55% (yoy).
"Pertumbuhan sektor perdagangan yang masih dapat dikatakan tinggi tersebut tidak terlepas dari peran para atlet dan kontingen peserta Asian Games dan masyarakat yang membeli pernak-pernik khas Asian Games," jelasnya.
Lebih lanjut, konsumsi pemerintah juga mencatat kinerja pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Hal tersebut didorong semakin dekatnya akhir tahun dan periode tutup buku, sehingga realisasi dan penyerapan anggaran lebih terakselerasi dibandingkan dengan paruh pertama pada tahun berjalan.
Sejalan dengan pertumbuhan positif pada investasi bangunan dan terus berlanjutnya progres pembangunan infrastruktur di DKI Jakarta, lapangan usaha Konstruksi mencatat pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang melambat berdampak pada tertahannya pertumbuhan LU Industri Pengolahan sehingga tidak dapat tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.
"Pelaku usaha masih berhati-hati untuk meningkatkan volume usahanya sambil terus mengikuti perkembangan kemampuan daya serap masyarakat," jelasnya.