Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Musim Kemarau di Jakarta Diprediksi Terlambat

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan awal musim kemarau pada 2019 terlambat di wilayah DKI Jakarta.
Kepala Bidang Analisis dan Informasi BMKG Jakarta Adi Ripaldi sedang mengamati anomali suhu muka laut Dasarian 1 Maret 2019 di ruangan Sistem Peringatan Dini (CEWS) BMKG Jakarta, Rabu (14/3/2019)./Antara
Kepala Bidang Analisis dan Informasi BMKG Jakarta Adi Ripaldi sedang mengamati anomali suhu muka laut Dasarian 1 Maret 2019 di ruangan Sistem Peringatan Dini (CEWS) BMKG Jakarta, Rabu (14/3/2019)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA -  Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan awal musim kemarau pada 2019 terlambat di wilayah DKI Jakarta.

"Di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan biasanya awal kemarau terjadi akhir Mei 2019, sekarang diperkirakan awal Juni 2019," kata Kepala Bidang Analisis dan Informasi BMKG, Adi Ripaldi saat ditemui di kantor BMKG Jakarta, Kamis (14/3/2019).

Sedangkan, di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara, musim kemarau yang biasanya berawal akhir Maret menurut prakiraan pada 2019 baru datang pada awal April.

Adi menyebut, bahwa awal musim kemarau di wilayah DKI Jakarta pada 2019 mundur 10 hari dari rata-rata 30 tahunannya. Keterlambatan itu terjadi karena pengaruh perubahan putar balik arah angin dari angin barat ke angin timur.

"Balik arah angin barat menjadi arah angin timur itu yang menjadikan awal kemarau jadi terlambat," kata Adi.

BMKG memperkirakan puncak musim kemarau terjadi pada Oktober dan November 2019 di wilayah DKI Jakarta. Dampak keterlambatan kedatangan musim kemarau di wilayah DKI Jakarta tidak terlalu mengkhawatirkan karena masih ada peluang hujan.

Menurut prakiraan BMKG, awal musim kemarau juga mundur di beberapa wilayah Indonesia yang lain, termasuk Bekasi, Karawang dan Banten.

Namun, di wilayah seperti Nusa Tenggara Timur(NTT), Nusa Tenggara Barat(NTB), dan Bali awal musim kemarau datang lebih cepat menurut prakiraan BMKG. Daerah-daerah pertanian di wilayah itu mesti mengantisipasi dampak kekeringan terhadap produksi pangan.

Menurut BMKG, musim kemarau pada 2019 juga lebih kering dibandingkan dengan musim kemarau 2018. Wilayah yang rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seperti Sumatera dan Kalimantan mesti mewaspadai risiko peningkatan kebakaran.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper