Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian DKI Jakarta pada kuartal I 2019 tumbuh 6,23 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal I 2018 yang berada di angka 5,95 persen (yoy) dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 5,07 persen (yoy).
Namun, apabila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta hanya tumbuh 0,29 persen (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal IV 2018 yang tumbuh sebesar 0,65 persen (qtq) dan 6,41 persen (yoy).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta dari sisi lapangan usaha disokong oleh usaha sektor informasi dan komunikasi, jasa perusahaan, dan jasa keuangan.
Tiga sektor dengan kontribusi terbesar di DKI Jakarta antara lain perdagangan, industri pengolahan, dan konstruksi tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan dan industri pengolahan pun justru terkonstraksi.
Pada kuartal I 2019, sektor perdagangan yang berkontribusi sebesar 16,95 persen dari lapangan usaha di DKI hanya tumbuh 3,93 persen. Selanjutnya sektor konstruksi yang berkontribusi sebesar 11,78 persen juga hanya tumbuh sebesar 2,65 persen.
Adapun untuk sektor industri pengolahan justru mengalami penurunan sebesar 1,03 persen.
Baca Juga
Dari sini dapat dilihat bahwa produksi industri mikro dan kecil (IMK) pada kuarta I 2019 di DKI Jakarta tumbuh sebesar 14,37 persen (yoy) belum mampu menyokong laju pertumbuhan industri di DKI Jakarta dimana produksi oleh industri besar dan sedang (IBS) mengalami pertumbuhan negatif sebesar 4,7 persen.
Hal ini juga mengingat besarnya kontribusi kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer yang kontribusinya dalam sektor industri mencapai 40 persen menurunkan jumlah produksinya hingga 13,81 persen (yoy).
Sektor informasi dan keuangan, jasa perusahaan, dan jasa keuangan masing-masing tumbuh sebesar 13,17 persen, 12,92 persen, dan 11,49 persen.
Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta Hamid Ponco Wibowo, pertumbuhan usaha sektor informasi dan komunikasi serta jasa pemerintahan di dorong oleh tingginya belanja iklan serta aktivitas berbagai lembaga seperti lembaga survei dalam pelaksanaan Pemilu 2019.
"Event penting tersebut mampu menjaga perekonomian Jakarta tetap tumbuh di level 6,32 persen di tengah melambatnya komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga dan komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB)," kata Kepala BPS DKI Jakarta Thoman Pardosi, Senin (6/5/2019).
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekspor DKI Jakarta mencapai 43,09 persen (yoy) dan 35,19 persen (qtq). Namun, perlu dicatat bahwa ekspor tersebut disokong oleh ekspor antardaerah, sedangkan kinerja ekspor luar negeri pada kuartal I 2019 justru mengalami penurunan.
Merujuk pada laporan BPS DKI Jakarta, hanya ekspor produk DKI Jakarta pada Januari 2019 yang mengalami pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sbesar 4,73 persen (yoy), sedangkan ekspor produk DKI Jakarta pada Februari 2019 dan Maret 2019 mengalami penurunan masing-masing sebesar 3,23 persen (yoy) dan 6,05 persen (yoy).
Konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) mengalami pertumbuhan sebesar 16,49 persen dan pertumbuhan ini pun juga disokong oleh penyelenggaraan Pemilu 2019.
Akibat rendahnya aktivitas investasi pada kuartal I 2019, PMTB pun tumbuh relatif terbatas dan berada di angka 0,23 persen (yoy) dan hal ini jugalah yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan pada sektor konstruksi.
"Pertumbuhan ekonomi Ibu Kota pada tahun ini salah satunya akan ditopang oleh kegiatan konsumsi rumah tangga, sejalan dengan tetap terjaganya tingkat ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian. Pembangunan infrastruktur masih tetap mendukung pertumbuhan ekonomi Jakarta meski lebih terbatas dari tahun-tahun sebelum," kata Hamid.