Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dua BUMD Bakal Sulap Tanah Abang Blok G Jadi Pergudangan Terintegrasi

Jangka panjang penataan kawasan Tanah Abang akan bergantung pada dua Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Konsep skematik rancangan bangunan mixed use (Pasar-Gudang-Hotel) Tanah Abang Blok G/Doc. Humas Pemprov DKI
Konsep skematik rancangan bangunan mixed use (Pasar-Gudang-Hotel) Tanah Abang Blok G/Doc. Humas Pemprov DKI

Bisnis.com, JAKARTA — Jangka panjang penataan kawasan Tanah Abang akan bergantung pada dua Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Proyek pengembangan Sentra Primer Tanah Abang (SPTA) ini akan ditangani oleh PD Pasar Jaya dan Perumda Pembangunan Sarana Jaya. Dalam proyek ini, Pasar Tanah Abang Blok G akan menjadi kawasan prioritas yang akan dibangun terlebih dahulu.

Sebuah bangunan mixed-use 19 lantai direncanakan berdiri di kawasan Tanah Abang Blok G, sebagai pusat pergudangan yang terintegrasi dengan pertokoan, kios, food court dan restoran, parkir, dan perhotelan.

Urgensi terkait pembangunan gudang terintegrasi ini terungkap dalam video rapat pimpinan terkait Pengembangan Kawasan Tanah Abang, yang diunggah dalam akun sosial media resmi Pemprov DKI Jakarta, Selasa (8/10).

Dalam rapat tersebut, kajian internal Pemprov DKI Jakarta mengungkap bahwa masalah utama kawasan Tanah Abang, yaitu pola distribusi barang masuk, beredar, dan keluar SPTA dalam volume yang besar, namun masih dilakukan secara autopilot dan melalui transportasi pengangkutan darat konvensional seperti truk, pikap, dan kendaraan pribadi.

Maka, rekomendasi kajian menyebut kawasan Tanah Abang dapat menjadi pusat perdagangan grosir dengan syarat memiliki pusat logistik, pergudangan, dan distribusi yang terintegrasi. Bila perlu, mata rantai distribusi perdagangan dikembangkan mulai dari hulu sampai hilir seperti ke pelabuhan atau bandara yang diintegrasikan dengan KA logistik.

Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin mengungkap bahwa pihaknya mengemban tugas mempersiapkan tempat penampungan sementara [TPS] yang hingga kini masih dalam proses pembangunan.

"Sekarang [tempat penampungan sementara] masih dibangun. Kalau kami, tidak mengurus pembebasan lahan [untuk pergudangan Blok G]. Itu tugasnya Sarana Jaya," ujarnya ketika dikonfirmasi Bisnis, Rabu (23/10).

Pasar Jaya sendiri menggelontorkan Rp32 miliar untuk merealisasikan dua bangunan tempat penampungan pedagang sementara, yakni bangunan 4 lantai TPS A dengan luas 560 m2 yang dapat menampung 327 kios. Sementara, bangunan 3 lantai TPS B dengan luas 210 m2 yang mampu menampung 180 kios.

"Target pembangunan TPS Blok G ini semoga bisa jadi pada triwulan II 2020. Kemudian, baru kita membangun Blok G dengan konsep logistic base dan mixed use," tambah Arief.

Direktur Utama Perumda Pembangunan Sarana Jaya Yoory C Pinontoan menjelaskan bahwa penataan kawasan SPTA merupakan penugasan yang telah diemban pihaknya sejak 2014.

Ketika itu, Joko Widodo masih menduduki kursi Gubernur DKI Jakarta, mengundangkan Peraturan Gubernur No 41/2014 tentang Pengembangan SPTA seluas ± 27.26 Ha dengan konsep transit oriented development (TOD).

"Ini proyek penataan kawasan, di mana mengatasi tata ruang agar lebih rapi, begitu lah, kita revitalisasi. Supaya kondisinya tidak lagi seperti saat ini," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (17/10).

Sarana Jaya sendiri telah mengusulkan konsep pergudangan Tanah Abang Blok G yang mampu mendistribusikan barang secara melayang atau elevated. Selain itu, akan ada pula jalur layang khusus pejalan kaki yang menghubungkan kawasan Blok G dengan Museum Tekstil, rusun terdekat, dan stasiun Kereta Rel Listrik.

Yoory menjelaskan bahwa terkait proyek ini, Sarana Jaya masih fokus dalam tahap negosiasi pembebasan lahan, sebagai tantangan terbesar.

Selain itu, Sarana Jaya berharap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyempurnakan kembali Pergub No 41/2014, dengan memperluas area pengembangan SPTA dari ±27.26 Ha menjadi ±40 Ha agar pergudangan Blok G tercakup, serta meningkatkan atau memperkuat peran Perumda Pembangunan Sarana Jaya sebagai master developer atau pelaksana pengembangan kawasan.

Sebelumnya, Sarana Jaya telah membeaskan lahan sekitar 6.054 m2. Hambatannya, lahan yang dimiliki swasta di kawasan Blok G kebanyakan legal dengan surat-surat yang lengkap, sehingga harga yang ditawarkan melambung mencapai Rp100 juta per m2.

"Maka dari itu, ke depan kita akan coba gandeng pihak swasta untuk masuk. Tahun ini targetnya [membebaskan lahan] 8.000 m2. Mudah-mudahan tercapai. Kalau keseluruhan targetnya tiga tahun lagi selesai, infrastrukturnya dulu yang kita dahulukan," tambahnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper