Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Badan Musyawarah Betawi Abraham Lunggana alias Haji Lulung meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menertibkan pengamen ondel-ondel karena bukan berasal dari sanggar kesenian Betawi di Jakarta.
"Saya mau itu ditertibkan oleh gubernur, karena itu di luar sanggar," kata eks anggota DPRD yang kini duduk di DPR RI itu, di Balai Kota DKI, Senin (9/12/2019).
Lulung mengklaim Bamus Betawi telah membuat program untuk mengembangkan kesenian ondel-ondel di ibu kota. Salah satunya dengan rutin menggelar festival.
Selain itu, Bamus Betawi juga terus membina agar setiap sanggar seni bisa berpartisipasi dalam setiap kegiatan resmi. "Kami juga menginventarisasi sanggar kesenian yang ada. Kalau [ondel-ondel] yang ngamen itu bukan sanggar," katanya.
Lulung meminta Anies Baswedan membina para pengamen ondel-ondel agar tidak kembali turun ke jalan. Alasannya, akan semakin banyak ondel-ondel yang dimanfaatkan untuk mengamen. "Pola pembinaannya bagaimana diserahkan ke gubernur."
Agus Hermawan, pemilik Sanggar Resos Palaksi (Respal), dalam sebuah wawancara pada awal September lalu menyadari menjamurnya pengamen ondel-ondel menggerus nilai budaya Betawi di dalamnya.
Dia ingat semua ritual dan kelengkapan untuk mengiringi tarian boneka raksasa itu memudar sejak 2010.
"Kalau orang tua dulu sebelum mengamen ada ritual bakar kemenyan dan masih menggunakan alat tradisional," kata dia.
Kelompok Respal yang berdirikan pada 2011 mengikuti peralihan itu. Saat awal berdiri, kata Agus, kelompok ini masih sempat menggunakan alat-alat musik tradisional. Memasuki 2013, hampir seluruh pengamen ondel-ondel yang tergabung di Respal menggantinya dengan musik rekaman.
Pemilik Sanggar Alfatir, Deni Eliansyah, mengaku yang sama. Namun dia punya alasan yakni minimnya ruang untuk kebudayaan Betawi, selain "Sekarang mengamen sudah kebutuhan sebagian warga di sini untuk mencari nafkah."