Bisnis.com, JAKARTA — "Banjir, banjir!" kata warga kawasan Jl. Karet H. Abdul Jalil, Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat yang menggedor kamar indekos Fitriyani (25), Rabu (1/1/2020) pukul 04.00 dini hari.
Fitri menggambarkan dalam keadaan gelap itu, sebenarnya rekan-rekan serumahnya masih tenang belum ada air masuk. Namun, berselang 15 menit kemudian cerita berbalik. Banjir sudah masuk ke dalam rumah, tinggi air sudah sepinggang orang dewasa di gang depan rumahnya.
Hal ini menggambarkan bahwa penataan drainase kota secara lanjut diperlukan, walaupun secara kuantitatif, jumlah korban terdampak banjir di wilayah Jakarta Pusat lebih minim daripada wilayah lainnya.
Berdasarkan data Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, jumlah kecamatan terdampak banjir di wilayah Jakarta Pusat, memang hanya sebanyak 8 titik, dengan jumlah Kelurahan terdampak sebanyak 22 titik. Dua lokasi pengungsian yang telah disediakan pun hanya mencatatkan jumlah pengungsi terbanyak 310 orang.
Jakarta Timur menjadi yang terbesar baik secsra jumlah korban dan luasan wilayah. Jumlah kecamatan terdampak banjir sebanyak 10 titik, dengan jumlah elurahan terdampak sebanyak 65 titik. Dari 99 lokasi pengungsian yang disediakan Pemprov DKI Jakarta, jumlah pengungsi sebanyak 13.516 orang.
Disusul Jakarta Selatan dengan jumlah Kecamatan terdampak banjir sebanyak 10 titik, dengan jumlah pengungsi mencapai 5.305 orang. Wilayah Jakarta Barat, 6 titik kecamatan terdampak dengan jumlah pengungsi 10.586 orang. Sementara Jakarta Utara, jumlah kecamatan terdampak banjir 4 titik, dengan jumlah pengungsi sebanyak 1.515 orang.
Baca Juga
Fitri menegaskan bahwa sejak tahun 2013, banjir sebesar ini sudah tidak ada lagi di kawasan sekitar tempatnya tinggal.
"Tahun 2013 mirip sama ini sampe rumah-rumah warga kerendem semua. Selanjutnya masih tetap ada banjir, tapi nggak separah ini paling cuma sampe pekarangan rumah atau teras rumah. Kalau sekarang sudah sampai sedada," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (2/1/2020).
Menurut pengamatan Bisnis, hingga kini banjir di kawasan ini belum juga surut. Bahkan, menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), banjir di tengah gedung bertingkat macam Hotel Shangrilla Menara Taspen, Apartemen Sudirman Park, dan Wisma 46 BNI ini termasuk cukup tinggi, yakni 120 cm sehingga sementara belum bisa dilintasi kendaraan.
Tampak perahu karet Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) disediakan hingga menjelang maghrib. Hal ini untuk mengakomodir kebutuhan warga, yang poskonya berada di Masjid Al-I'Tisham.
Warga terdampak memang terjebak banjir yang sudah hampir menggenangi lantai 1 masjid. Oleh sebab itu, Fitri berharap arus distribusi logistik lebih lancar dengan adanya perahu karet, "Yang paling utama makan sama air minum. Di sini juga banyak lansia, bayi, juga balita, jadi selimut-selimut diperlukan," tambahnya.
Hal serupa diungkap Ismoyo Adiwasito (30) yang tinggal di sebuah kontrakan di kawasan Bendungan Hilir. Menurutnya, banjir kaoi ini merupakan banjir terparah selama dirinya tinggal di sana.
"Saya sejak Maret 2014 ini [banjir] yang paling parah, sih. Dulu akhir 2014, awal 2015 smpt lumayan parah, air masuk dalam kosan juga tapi cuma setelapak kaki, itu juga gara-gara lantai kosan lebih rendah dari jalan," ungkapnya kepada Bisnis.
"Tahun ini air masuk sampai sepaha orang dewasa di dalem rumah. Padahal hujannya mirip-mirip, semaleman juga. Bedanya juga dulu lebih cepet surutnya numpang lewat aja airnya," tambahnya.
Beruntung, kini banjir atau genangan air yang sebelumnya sempat mencapai 1 meter telah surut sejak pukul 10.00 WIB. Ismoyo berharap, apabila terjadi lagi hujan pada malam hari nanti, tak akan ada lagi kiriman air dari Bogor yang menyebabkan air sungai meluap.
Selain dua kawasan ini, wilayah Jakarta Pusat yang tercatat mengalami banjir juga ada di Jalan Budi Utomo dan Jalan Wahidin II Jakarta Pusat (10 cm-20 cm); di depan SMPN 5 Jakarta, Jalan Dr. Sutomo, Jakarta Pusat (40 cm-50 cm), di depan RSAL Mintohardjo Jalan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, dan setelah putaran balik Tugu Tani, Jakarta Pusat arah ke Jalan Cikini Raya (20 cm-30 cm).
Sejumlah mobil melintasi terowongan (underpass) saat terjadi banjir di Jalan Angkasa, Jakarta Pusat, Kamis (2/1/2020). Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 2 Januari 2020, terdapat 63 titik banjir di wilayah DKI Jakarta. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)