Bisnis.com, JAKARTA - Selaku Badan Usaha Milik Daerah, PT Jakarta Propertindo berupaya melakukan pengembangan bisnis demi mendukung kebijakan Pemprov DKI Jakarta dan upaya pengembangan kawasan Ibu Kota.
Direktur Utama Jakpro Dwi Wahyu Daryoto mengakui bahwa Jakpro tak bisa hidup dalam satu core business saja, "Karena kalau hanya fokus ke bisnis properti, itu tidak ada inovasinya sama sekali," ujarnya ketika dikonfirmasi Bisnis, Sabtu (18/1/2020).
Menurut Dwi pengambangan bisnis merupakan cara agar Jakpro mampu bersaing dengan para pengembang besar di Tanah Air. Pasalnya, land banking milik BUMD di Jakarta kian terbatas.
"Makanya, sesuai arahan pemegang saham dan Pemprov, kami mendukung program untuk membuat suatu Urban Regeneration, yakni membuat Jakarta Liveable City, yang nyaman untuk tinggal," jelas Dwi.
Menurut Dwi bisnis properti kini berkembang bukan hanya soal jual-beli. Namun, memiliki berbagai bisnis jasa turunan sebagai upaya membawa pelayanan ke masyarakat.
Oleh sebab itu, pengembangan bisnis properti perlu kolaborasi, kerja sama dengan berbagai usaha yang basisnya beragam.
Misalnya, untuk membangun TOD [transit oriented development], pasti bekerja sama dengan PT MRT Jakarta, PT KAI, atau BUMD lain yang memiliki potensi mengembangkan kawasan mixed use seperti seperti Pasar Jaya atau Sarana Jaya.
"Nah, di situlah, nanti bisnis turunannya pasti ada. Inilah yang lagi kami tata, misalnya, pengelolaan sampahnya siapa, itu kami siapkan. Makanya kami punya anak perusahaan, Jakarta Utilitas Properti [JUP] itu akan bisa kelola itu. JUP ini kan yang ada hubungannya dengan waste management, water treatment, parking, dan lain-lain," jelasnya.
"Kemudian, seiring kemajuan teknologi dan seiring mewujudkan smart city di Jakarta, kami ada anak perusahaan Jakarta Infrastruktur Propertindo [JIP], yang akan menggarap ducting, periklanan digital, dan lain-lain. Kami sudah masuk di MRT, DAMRI, airport di Yogyakarta, itu kan pengembangan bisnis," tambahnya.
Ditambahkan Dwi sebagai upaya mengoptimalkan aset, seperti Jakarta International Stadium (JIS), Velodrome, Equestrian, bukan tak mungkin Jakpro akan merambah ke bisnis pertunjukan.
Selain itu, Jakpro mendapat tantangan baru dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mempersiapkan Lembaga Pembiayaan Pembangunan Daerah (LPPD) yang bergerak di sektor keuangan.
Banyak Proyek
Dwi mengaku bahwa selama ini beragam proyek yang ditugaskan ke Jakpro masih berada dalam lingkup core business. Selain itu, Dwi percaya hal ini karena Pemprov DKI Jakarta menilai Jakpro punya kapasitas untuk merealisasikannya.
Sepanjang kepemimpinan Dwi, Jakpro dipercaya menjalankan pembangunan bernilai fantastis seperti JIS, ITF Sunter, pengelolaan Pantai Reklamasi, Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM), Pembangunan Rumah DP Nol Rupiah di Rorotan, Pembangunan kereta Lintas Rel Terpadu (LRT) Jakarta, dan pembangunan sarana-prasarana ajang balap mobil listrik Formula E.
"Jadi tidak mengada-ada. Coba sebutin, JIS itu development infrastructure, ducting [SJUT] itu karena kita punya anak perusahaan yang mampu untuk itu, BUMD lain belum ada. Pengelolaan sampah [intermediate treatment facility/ITF], kita punya JUP untuk waste management-nya," ujar Dwi.
"TIM itu infrastrukturnya yang ditugaskan ke kita. Bukan pengelolaan seninya. Terus penugasan reklamasi, itu juga berhubungan dengan pengembangan kawasan. Formula E juga infrastrukturnya, kita mulai buka tender minggu depan. Bukan acaranya. Makanya kita kerja sama dengan yang bisa menyelenggarakan, kita bayar secara profesional," tambah Dwi.