Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target Dividen Tetap, BUMD DKI Jakarta Diminta Kreatif Cari Laba

Kendati beberapa BUMD terdampak Covid-19, beberapa lainnya justru menjadi tulang punggung di masa pandemi ini.
Kereta Moda Raya Terpadu (MRT) melintas di Jakarta, Minggu (18/8/2019). Bisnis/Arief Hermawan P
Kereta Moda Raya Terpadu (MRT) melintas di Jakarta, Minggu (18/8/2019). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi virus corona atau Covid-19 mengakibatkan perlambatan pada realisasi pendapatan asli daerah (PAD) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta. Namun, salah satu komponen penerimaan tampak masih dipertahankan.

Dari PAD DKI Jakarta yang diproyeksi anjlok hingga 54 persen, atau dari Rp57,5 triliun menjadi Rp26,4 triliun, tercatat seluruh sektor PAD mengalami perlambatan kecuali komponen Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan.

Hasil kekayaan daerah yang tetap di angka Rp750 miliar ini sebagian besar berasal dari bagi hasil laba atau dividen Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemprov DKI Jakarta.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta Nasruddin Djoko Surjono menjelaskan Pemprov DKI Jakarta percaya BUMD-nya mampu tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19.

Djoko menjelaskan di tengah kondisi ini hampir semua sektor mengalami penurunan, sudah pasti akan membuat bisnis BUMD terdampak. Terutama yang masih mendapatkan subsidi atau pubic service obligation (PSO).

"Terlebih, di sisi lain penerimaan daerah juga terkoreksi. Sehingga membawa akibat pada sisi belanja, di mana beberapa subsidi pemprov pada bisnis BUMD juga terkoreksi," jelasnya ketika dikonfirmasi Bisnis, Jumat (8/5/2020).

Hal ini terutama terjadi pada BUMD di sektor pariwisata seperti PT Pembangunan Jaya Ancol dan PT Jakarta Tourisindo yang paling terdampak virus corona.

Demikian halnya pada BUMD di sektor transportasi. Pemprov DKI Jakarta pun tengah berencana memotong seluruh PSO untuk PT Transportasi Jakarta (Transjakarta), PT MRT Jakarta, dan PT LRT Jakarta hingga 50 persen.

"Subsidi untuk Transjakarta yang tadinya Rp3,2 triliun kini menjadi Rp1,9 triliun. Untuk MRT, dari Rp825 miliar menjadi hanya Rp412 miliar. Sementara untuk LRT dari Rp439 miliar menjadi hanya Rp219 miliar," tambahnya.

Namun, Djoko yakin BUMD DKI mampu kreatif dan tetap menghasilkan laba lewat terobosan-terobosan yang dibuat. Terlebih, banyak BUMD lain yang justru menjadi tulang punggung di kala pandemi ini.

Misalnya saja Food Station Tjipinang Jaya, Dharma Jaya, dan Pasar Jaya di sektor pangan, sedangkan ada Jakarta Propertindo dan Pembangunan Sarana Jaya, di sektor konstruksi.

Setali tiga uang dengan BUMD di sektor fasilitas dasar dan keuangan, seperti PDAM Jaya, PAL Jaya, serta Bank DKI Jakarta dan PT Penjamin Kredit Daerah Jakarta.

"BUMD sebagai special mission vehicle-nya DKI akan di dorong untuk tetap optimistis mencari terobosan atau inovasi dan peluang yang mampu meng-create value perusahaan dengan melakukan berbagai upaya kreatif dan kolaboratif bersama masyarakat dan lembaga lainnya," tutup Djoko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Aziz Rahardyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper