Bisnis.com, JAKARTA - Pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia Pandu Riono meminta Pemeritah Provinsi DKI Jakarta untuk memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) fase transisi di wilayah DKI Jakarta.
Pandu beralasan rasio lacak terkait surveilans Covid-19 di tengah masyarakat terbilang rendah yakni di bawah lima. Dengan kata lain, menurut Pandu, pelacakan kontak baru bisa dilakukan oleh gugus tugas terhadap lima orang yang diduga memiliki riwayat kontak dengan pasien positif Covid-19.
“Rasio lacak di DKI Jakarta masih rendah, harusnya di atas 25 orang. Sementara, rasio lacak yang sedang itu lima hingga 25. DKI Jakarta baru bisa di bawah lima, buruk sekali,” kata Pandu melalui sambungan telepon kepada Bisnis, Jakarta, pada Senin (13/7/2020).
Pandu menuturkan, kesadaran masyarakat atas risiko Covid-19 juga terbilang minus. Artinya, tidak ada kesadaran masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19.
“Kombinasi di antara surveilans dan perubahan perilaku masyarakat itu dapat menurunkan kurva pandemi Covid-19,” kata dia.
Gubernur Anies Rasyid Baswedan mengingatkan jangan sampai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menarik 'rem darurat' untuk kembali memperketat PSBB.
Baca Juga
Hal ini diingatkan Anies lantaran pertumbuhan kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta yang kembali meroket. Pada Minggu (12/7/2020) DKI Jakarta mencatatkan pertumbuhan kasus terbanyak sepanjang pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia.
"Saya ingatkan jangan sampai situasi ini jalan terus sehingga kita harus menarik rem darurat atau emergency brake, bila itu terjadi maka kita semua harus kembali ke dalam rumah, kegiatan perekonomian terhenti kegiatan keagaaman terhenti, kegiatan sosial terhenti, kita semua yang akan merasakan kerepotannya bila situasi ini berjalan terus," kata Anies, Minggu (12/7/2020).
Tercatat terdapat 404 kasus baru Covid-19 di DKI Jakarta pada Minggu (12/7/2020). Alhasil, total kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta mencapai 14.361 orang.
Anies tidak menampik bahwa peningkatan kasus di DKI Jakarta karena masifnya tingkat pengetesan sampel. Namun, kata dia, positvity rate (rasio sampel positif dari total angka pengetesan) pada Minggu (12/7/2020) naik 2 kali lipat dibandingkan beberapa waktu sebelumnya atau sebesar 10,5 persen dari total sampel.