Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

September 2020, BPS Catat DKI Inflasi 0,02 Persen

BPS mencatat DKI Jakarta mengalami inflasi sebesar 0,02 persen pada September 2020.
Jajaran gedung perkantoran di Jakarta, Senin (24/8/2020). Bisnis/Abdurachman
Jajaran gedung perkantoran di Jakarta, Senin (24/8/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta Buyung Airlangga mengatakan inflasi DKI tercatat sebesar 0,02 persen pada September 2020.

“Bila dibandingkan dari Agustus sampai september 2020 inflasi di DKI 0,02 persen, kalau kita lihat dari bulan Desember 2019 sampai September 2020 atau C to C inflasi di DKI Jakarta sebesar 1,05 persen,” kata Buyung saat memaparkan rilis Data Inflasi DKI Jakarta melalui keterangan resmi virtual pada Kamis (1/10/2020).

Secara year on year (yoy) atau inflasi tahun ke tahun, dia mengatakan, DKI Jakarta mencatat angka di kisaran 1,76 persen. Data inflasi milik DKI Jakarta itu juga turut memengaruhi tingkat inflasi di Depok sebesar 0,02 persen dan Bogor dengan inflasi sebesar 0,11 persen.

“Tetapi kota lain seperti Tangerang mengalami deflasi sebesar 0,07 persen dan Bekasi deflasi sebesar 0,03 persen,” ujarnya.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta memproyeksikan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada 2020 bakal minus 0,5 persen sebagai buntut dari krisis pandemi Covid-19.

“Proyeksi kami secara konservatif kemarin pada 2020 masih positif, ini kami baru dapat informasi dari BPS pertumbuhannya minus 8,2 persen di mana di kuartal I dan kuartal II masih positif lima persen tetapi secara keseluruhan pada 2020 dengan tim Indef melakukan proyeksi pertumbuhan ekonomi ini menjadi minus 0,5 persen,” kata kepala Bappeda DKI Nasruddin Djoko Surjono dalam unggahan video Youtube Pemprov DKI Jakarta.

Keterangan itu disampaikan dalam rapat pimpinan gubernur ihwal perkembangan revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau RPJMD DKI 2017-2022 pada 7 Agustus 2020 lalu. Video baru diunggah pada Jumat (14/8/2020).

Ihwal proyeksi itu, Djoko beralasan, angka konservatif tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang juga diperkirakan berada pada kisaran itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper