Bisnis.com, JAKARTA - DKI Jakarta mencatatkan pada triwulan III/2020, realisasi investasi mengalami kontraksi atau minus 8,92 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Hal itu terungkap dalam laporan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta. Kendati begitu, Direktur Kantor Perwakilan BI Provinsi DKI Jakarta Luctor E Tapiheru mengatakan penurunan kinerja itu tidak sedalam kontraksi investasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat minus 10,36 persen (yoy).
Dia memerinci, kontraksi pertumbuhan investasi di kawasan Ibu Kota itu terutama terjadi pada investasi bangungan maupun non bangunan. Realisasi itu tidak terlepas dari implementasi pembatasan sosial sebagai upaya menghambat penyebaran virus Corona atau Covid-19.
“Masih berlangsungnya protokol Covid-19 menyebabkan kegiatan kontruksi berjalan di bawah kapasitasnya. Selanjutnya, kontraksi investasi non bangungan terjadi seiring dengan belum optimalnya kapasitas utilisasi produksi seiring melemahnya permintaan dan pembatasan kapisitas tenaga kerja ,” kata Luctor melalui keterangan tertulis, Jumat (6/11/2020).
Kendati demikian, menurut dia, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi telah mendorong peningkatan aktivitas investasi triwulanan. Hasilnya, kontraksi investasi pada triwulan III/2020 tidak sedalam dari posisi triwulan sebelumnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat ekonomi DKI Jakarta secara tahunan (yoy) terkontraksi atau minus 3,82 persen pada triwulan III/2020.
Baca Juga
Kendati demikian, Kepala BPS DKI Jakarta Buyung Airlangga mengatakan kinerja ekonomi wilayah itu secara kuartalan (quartal-to-quartal/qtq) menunjukkan tren peningkatan yang signifikan.
Pada kuartal II/2020, ekonomi DKI terkontraksi sebesar 8,23 persen (qtq), sedangkan pada kuartal ini meningkat 8,38 persen (qtq).
“Kalau kita lihat dari sisi qtq kita bandingkan dengan triwulan dua perekonomian DKI Jakarta ini justru naik 8,38 persen. Suatu pertumbuhan ekonomi yang cukup besar bila dilihat dari sisi perkembangan,” kata Buyung melalui keterangan virtual, Kamis (5/11/2020).
Di sisi lain, Buyung menambahkan, secara kumulatif pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta masih terkontraksi minus 2,38 persen selama Januari hingga September 2020 (year-to-date). Penghitungan itu dihasilkan dari perbandingan dengan tren pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada Januari hingga September 2019.
“Secara kumulatif sampai dengan triwulan ketiga dari Januari sampai September 2020 perekonomian DKI Jakarta itu masih terkontraksi minus 2,38 persen. Ini data pertumbuhan ekonomi kumulatif Januari sampai September 2020 terhadap tahun sebelumnya,” kata dia.