Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Program Studi Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Romo Herry Priyono dikabarkan meninggal pada hari ini, Senin (21/12/2020), pukul 11.20 WIB akibat serangan jantung.
Minister Canisius, Romo Alaxander Koko Siswijayanto, mengatakan, almarhum sempat terjatuh pada pukul 10.05 WIB.
“Beliau terjatuh dan kemudian segera dilarikan ke RS St. Carolus, Jakarta. Namun, beliau tidak tertolong lagi dan dinyatakan meninggal oleh dokter pada jam 11.20 WIB,” kata Alexander.
Selain dikenal sebagai dosen ilmu-ilmu sosial di sejumlah kampus, Romo Hery juga dikenal aktif pada gerakan advokasi hak-hak masyarakat kecil.
Pada paruh pertama tahun 1990-an, dia sempat bekerja sebagai peneliti utama dan Wakil Direktur Institut Sosial Jakarta (ISJ) yang aktif mendampingi kaum miskin kota dan melakukan advokasi bagi hak-hak dasar masyarakat.
Sebelum melanjutkan studinya ke luar negeri, dia turut membantu korban kerusuhan, serta memetakan pola kejadian tragedi Mei 1998.
Romo Herry lulusan Filsafat STF Driyarkara, kemudian belajar sosiologi di University of the Philippines, Diliman, Quezon City, Metro Manila dan meraih gelar MA.
Pulang ke Indonesia dan belajar teologi dam meraih gelar sarjana di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Usai kerja beberapa tahun, ia berangkat ke London, Inggris, untuk belajar ekonomi-politik dan teori sosial di London School of Economics and Political Science (LSE), lulus MSc (distinction), lalu melanjutkan studi sampai gelar PhD. Ia penerima The Robert McKenzie Prize 1998 dari LSE untuk prestasi akademik.
Selain terlibat dalam berbagai forum internasional dan nasional, dia juga menulis dalam bentuk buku, bagian buku, artikel jurnal, dan opini di media nasional dan internasional.
Bukunya yang teranyar, “Korupsi Melacak Arti, Menyimak Implikasi,” menjadi pegangan akademisi ataupun aktivis antikorupsi di Indonesia saat ini.