Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan Air Minum Jakarta Raya atau PAM Jaya tengah mengembangkan lima strategi untuk memenuhi cakupan layanan air minum perpipaan dan keberlanjutan air di DKI Jakarta.
Pasalnya, pasokan air curah maupun air baku di Ibu Kota selama ini bergantung dari luar Jakarta. Stok air yang digunakan sebagian besar berasal dari luar Jakarta, yakni dari kawasan Jatiluhur sebesar 82 persen, Tangerang 12 persen, sementara internal Jakarta hanya 6 persen.
Direktur Utama PAM Jaya, Bambang Hernowo menuturkan secara kapasitas, PAM Jaya memiliki 20.727,5 liter per second (LPS). Panjang pipa 11.900 km dan pelanggan PAM saat ini sebanyak 888.342 orang. "Dengan jumlah pelanggan ini, coverage kita masih di angka 65 persen," kata Bambang dalam diskusi virtual 'Balkoters Talks’ pada Rabu (23/12/2020).
Dengan demikkian, PAM Jaya mengambil lima langkah strategis untuk memenuhi cakupan layanan air minum perpipaan di Ibu Kota.
Pertama, PAM tengah menambah pasokan air baku dengan menambah water tereatment plant (WTP) PAM Jaya. WTP tersebut di antaranya adalah SPAM Ciliwung sebanyak 200 LPS, SPAM hutan kota sebesar 500 LPS, SPAM Pesanggrahan sebesar 750 LPS, dan uprating di Buaran 3 sebanyak 3000 LPS.
"SPAM di hutan kota telah selesai. Lalu, untuk uprating di Buaran, kita punya lahan di Buaran yang bisa kita manfaatkan dan menaikkan 1000 LPS menjadi 4000 LPS di sana," kata Bambang.
Baca Juga
Yang kedua, PAM Jaya turut menambah pasokan air curah atau SPAM regional. Hal itu berasal dari kegiatan strategis nasional. Di antaranya adalah SPAM Jatiluhur 4.000 sebanyak LPS dan SPAM Karian sebanyak 3.200 LPS.
Ketiga, dia menuturkan, pihaknya tengah menuntaskan pekerjaan rumah terkait kebocoran air atau non revenue water (NRW). Melalui, rehabilitasi dan pernaikan layanan serta distribusi perpipaan, pencegahan jaringan pipa ilegal, meter replacement, dan district metered area.
"Kita harus menurunkan NRW supaya kita bisa menambah pasokan itu sendiri yang saat ini sudah ada ada airnya tapi terbuang," tutur dia.
Keempat, PAM Jaya berupaya menghemat air dengan memindahkan air tanah ke dalam air minum perpipaan. Pasalnya, menurut dia, aspek lingkungan menjadi terganggu ketika terjadi ekstraksi air tanah secara besar besaran. "Inilah peran PAM Jaya untuk bisa mengkonversi dengan menyediakan air perpipaan untuk menggantikan air tanah dalam yang ada sekarang,” ujarnya.
Kelima, edukasi kepada warga soal penghematan air dan pemindahan dari air tanah dalam ke air minum perpipaan yang dilayani PAM Jaya. Kendati suatu daerah memiliki air tanah dengan kualitas bagus, tapi tidak ada jaminan kualitas tersebut dapat bertahan lama. "Makanya kita edukasi ke warga agar jadi pelanggan PAM Jaya," sebutnya.
Mengingat kemampuan fiskal DKI tengah terkontraksi, hal ini berimbas terhadap penyertaan modal daerah (PMD) PAM Jaya, dia mengakui pihaknya harus mencari sumber pendanaan secara kreatif untuk dapat memenuhi target layanan tersebut. "Total investasi yang kita butuhkan kurang lebih sebesar Rp27 triliun hingga Rp28 triliun untuk bisa mencapai 100 persen cakupan layanan, targetnya di tahun 2030," imbuhnya.