Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jakarta Keluar dari 10 Besar Kota Termacet Dunia

Menurut TomTom Traffic Index terbaru, Jakarta keluar dari 10 besar kota termacet di dunia. Jakarta berada di posisi ke 31 dari total 416 kota lain.
Sejumlah pengendara kendaraan bermotor mengalami kemacetan lalu lintas di Tol Dalam Kota, Kuningan, Jakarta, Senin (18/5/2020). Meski masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masih berlangsung, kemacetan lalu lintas masih terjadi di ibu kota./ANTARA FOTO-Rifki N
Sejumlah pengendara kendaraan bermotor mengalami kemacetan lalu lintas di Tol Dalam Kota, Kuningan, Jakarta, Senin (18/5/2020). Meski masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masih berlangsung, kemacetan lalu lintas masih terjadi di ibu kota./ANTARA FOTO-Rifki N

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menegaskan tingkat kemacetan di wilayah Ibu Kota menurun secara drastis di tahun 2020.

Pasalnya, perusahaan teknologi navigasi asal Belanda TomTom Traffic Index menempatkan DKI Jakarta berada di urutan ke-31 kota termacet di dunia beberapa waktu lalu.

“Menurut TomTom Traffic Index terbaru, Jakarta keluar dari 10 besar kota termacet di dunia. Kini, Jakarta berada di posisi ke 31 dari total 416 kota lain, yang berarti kemacetan semakin berkurang,” tulis Pemprov DKI Jakarta melalui akun Instagram resminya pada Minggu (17/1/2021).

Berdasarkan, pencatatan TomTom Traffic Index, tingkat kemacetan di DKI Jakarta sebesar 36 persen pada tahun lalu. Angka itu cenderung menurun drastis jika dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya.

Pada tahun 2019, misalkan, DKI Jakarta masuk ke dalam 10 besar kota termacet di dunia dengan tingkat kemacetan mencapai 53 persen.

Sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menuturkan kemacetan lalu lintas di perkotaan diidentifikasi sebagai salah satu penghambat pertubumbuhan ekonomi.

Akibat kemacetam, peningkatan satu persen urbanisasi di Indonesia hanya berdampak meningkatkan 1,4 persen PDB per kapita. Angka itu terbilang rendah jika dibandingkan degnan peningkatan PDB per kapita milik China sebesar tiga persen dan negara-negara di kawasan Asia Timur sebesar 2,7 persen.

“Selain itu, kerugian ekonomi akibat kemacetan lalu lintas adalah 65 triliun per tahun menurut World Bank di tahun 2019,” kata Budi saat memberi keterangan dalam webinar SBM ITB pada Rabu (5/8/2020).

Berdasarkan data Bappenas tahun 2019, Pangsa angkutan umum di wilayah DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya saat ini masih di sekitar 20 persen atau tertinggal dari Kuala lumpur dan Singapura yang sudah melebihi 20 persen.

“Menggunakan angkutan umum adalah suatu keniscayaan. Oleh karena itu, pemerintah terus berkomitmen membangun angkutan umum masal yang terintegrasi karena dapat memengaruhi preferensi masyarakat untuk memilih angkutan umum,” tutur Budi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper