Bisnis.com, JAKARTA — Elektabilitas Anies Baswedan untuk kembali terpilih memimpin DKI Jakarta masih tergolong tinggi. Hal itu tercermin dari hasil jajak pendapat hasil jajak pendapat lembaga Media Survei Nasional atau Median.
Median mencatat elektabilitas petahana Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan masih terbilang lebih tinggi dari Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Risma jika dihadapkan pada pemilihan gubernur atau Pilgub pada saat ini. Elektabilitas Anies berselisih cukup lebar yakni 9 persen dari raihan Risma.
Catatan itu disampaikan Direktur Riset Median Ade Irfan Abdurahman dalam rilis virtual bertajuk Persaingan Ketat Kursi Gubernur DKI Jakarta, Senin (15/2/2021).
“Elektabilitas Anies jika dihadapkan dengan Risma pada Pilgub saat ini berada di angka 45 persen, sementara elektabilitas Risma sebesar 36 persen,” kata Ade.
Dengan demikian, terdapat selisih yang cukup lebar yakni sembilan persen. Di sisi lain, sebanyak 19 persen responden tidak memberi keputusan terkait preferensi mereka.
Survei itu menghimpun 400 responden dengan catatan margin of error kurang lebih 4,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Baca Juga
Sampel dipilih secara random dengan teknik Multistage Random Sampling dan proporsional atas populasi dan gender. Survei dilakukan dalam rentang waktu 31 Januari hingga 3 Februar 2021.
“Di sisi lain, elektabilitas Risma naik cukup tajam dari survei Juli 2020 yang sebesar 4,2 persen ke Survei saat ini,” tuturnya.
Pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno mengatakan Risma memang potensial bertarung dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta berikutnya.
Namun, dia mengingatkan, tak mudah untuk melawan Anies Baswedan selaku petahana.
"Kalau membaca secara umum, Risma potensial, tapi melawan dan menantang petahana itu bukan perkara gampang," kata dia saat dihubungi, Minggu, 10 Januari 2021.
Anies, lanjut Adi, memiliki pemilih loyal atau loyal voters yang kuat. Pendukung Gubernur DKI itu juga solid untuk memenangkan jagoannya.
Di sisi lain, suara PDIP di Jakarta kalah dari partai lainnya. Apalagi, tambah Adi, basis pemilih Ibu Kota anti-Jokowi.
"Kalau memang Risma dipaksakan maju di Pilkada Jakarta, PR-nya (pekerjaan rumah) banyak. Melawan petahana, melawan basis yang selama ini memang PDIP dan Jokowi kalah," jelas Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini.