Bisnis.com, JAKARTA - Efek kandungan bahan kimia paracetamol di perairan Teluk Jakarta terhadap manusia belum diketahui secara pasti. Sejauh ini, belum ada data berbasis penelitian yang secara khusus menjelaskan hal tersebut.
Peneliti Oseanografi LIPI-BRIN, Dr. Wulan Koagouw mengatakan, belum melihat efeknya terhadap manusia. Secara logika, ujarnya, diperkirakan konsentrasi kandungan paracetamol di Teluk Jakarta rendah.
"Namun, kalau ingin mengonfirmasi sebagai peneliti saya harus bilang segala sesuatunya harus berbasiskan kepada data. Baru kita bisa berbicara," ujar Wulan dalam acara virtual, Senin (4/10/2021).
Studi internasional yang dipublikasikan pada Agustus 2021 mencatat pencemaran bahan kimia paracetamol, yang biasa digunakan pada obat penurun panas, di perairan Teluk Jakarta.
Penelitian ini diterbitkan dalam Marine Pollution Bulletin edisi Volume 169, Agustus 2021 yang dapat diakses di www.sciencedirect.com dengan judul 'High concentrations of paracetamol in effluent dominated waters of Jakarta Bay, Indonesia'.
Dalam studi tersebut, ada 4 peneliti yang terlibat untuk menguji kandungan kimia parasetamol di Teluk Jakarta. Tercatat 3 peneliti dari School of Pharmacy and Biomolecular Sciences, University of Brighton bernama Wulan Koagouw, George W.J. Olivier, dan Corina Ciocan.
Baca Juga
Sementara itu, satu orang peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Zainal Arifin juga ikut berpartisipasi.
Menurut Zainal, riset terkait dengan kontaminasi paracetamol di Teluk Jakarta masih tahap awal.
Pengambilan sampling, sambungnya, baru dilakukan satu kali sehingga efek dari kontaminasi paracetamol di Teluk Jakarta baru diketahui setelah ada bukti lebih lanjut.
"Kalau menurut saya, kita perlu hati-hati saja. Waspada apakah ada kontaminasi selain paracetamol. Publik lebih berhati-hati dan tidak sembarangan membuang obat," jelasnya.