Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mimpi Anies Ekonomi Jakarta Tumbuh 7 Persen Tinggal Kenangan

Anies Baswedan sempat menargetkan ekonomi DKI Jakarta pada tahun 2022 berada di angka 7 persen.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. JIBI/Bisnis-Nancy Junita @aniesbaswedan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. JIBI/Bisnis-Nancy Junita @aniesbaswedan

Bisnis.com, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan habis masa jabatannya pada Oktober 2022. Masa kepemimpinan Anies memang cukup kontroversial. 

Dimulai dengan 'politik identitas' yang muncul saat Pilkada 2022, hingga kontroversi terkait pelaksanaan Formula E, yang sampai sekarang belum jelas implikasinya terhadap ekonomi DKI Jakarta.

Kendati demikian, selama kepemimpinannya, Anies juga telah melakukan banyak terobosan. Integrasi transportasi hingga perbaikan fasilitas publik, adalah salah satu hasil kerja yang mencolok selama Anies memimpin ibu kota.

Di bidang ekonomi, Anies Baswedan sempat sesumbar bahwa tahun 2022, ekonomi DKI Jakarta bisa berada di angka 7 persen.

Lantas bagaimana dengan rapor perekonomiannya?

Anies memulai pemerintahan mewarisi kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Pada masa pemerintahan Ahok, ekonomi Jakarta mulai menunjukkan penurunan, kendati ada peningkatan pada tahun 2017.

Tren penurunan pertumbuhan ekonomi global pada kurun waktu 2012-2015 ikut memengaruhi laju PDRB DKI Jakarta.

Pada tahun 2012, misalnya, ekonomi Jakarta mampu tumbuh di angka 6,53 persen. Kontribusi terbesar perkonomian Jakarta adalah sektor perdagangan sebanyak 16,38 persen, konstruksi 13,8 persen, manufaktur 13,7 persen dan sektor keuangan dan asuransi sebanyak 10,4 persen.

Namun seiring melambatnya laju sektor perdagangan, ekonomi Jakarta berangsur melambat. Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Jakarta tercatat melambat menjadi 6 persen, tahun 2014 5,91 persen, 2015 sebanyak 5,89 persen dan tahun 2016 tersisa 5,85 persen.

Ekonomi Jakarta
Ekonomi Jakarta

(Grafik pertumbuhan ekonomi DKI, sumber:BPS)

Pada tahun 2017, ekonomi Jakarta mampu tumbuh lebih tinggi. Tahun 2017 adalah pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta. Pelaksanaan Pilkada yang cukup ramai, namun penuh dengan kontroversi itu, menyingkirkan Ahok. Pemimpin Jakarta berganti Anies Baswedan. 

Pada tahun terkahir Ahok dan awal Anies memimpin DKI, ekonomi Jakarta tercatat mampu tumbuh di angka 6,2 persen. Sektor perdagangan masih mendominasi PDRB Jakarta dengan porsi 16,68 persen, disusul manufaktur 13,42 persen.

Namun pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi Jakarta kembali turun di angka 6,11 persen. Tren ini berlanjut pada tahun 2019 yang pertumbuhannya hanya di angka 5,82 persen.

Pandemi dan Pemulihan

Sementara itu, tahun 2020 adalah tahun yang penuh tantangan. Pandemi melanda dunia. Ekonomi amblas karena kebijakan pengetatan dilakukan di mana-mana. Tak terkecuali dengan Jakarta.

Jakarta tercatat beberapa kali menerapkan pembatasan sosial berskala besar alias PSBB yang kemudian Istilahnya berubah menjadi PPKM.

Pada tahun itu, mayoritas sumber utama pertumbuhan ekonomi Jakarta terkontraksi. Sektor perdagangan mengalami kontraksi menjadi minus 7 persen, manufaktur minus 10,34 persen, dan konstruksi minus 5,5 persen. Sektor komunikasi masih tumbuh. Pertumbuhannya bahkan mencapai 11 persen. 

Kendati demikian, pertumbuhan sektor komunikasi tidak mampu menyelematkan ekonomi Jakarta. Alhasil, ekonomi Jakarta pada waktu itu realisasinya minus 2,39 persen.

Tahun 2021 ekonomi Jakarta mulai pulih, meski pademi belum sepenuhnya usai. Aktivitas ekonomi yang semula minus kembali mengarah ke angka positif. 

Sektor perdagangan mampu tumbuh di angka 12 persen. Manufaktur tumbuh di angka 11 persen. Ekonomi Jakarta tumbuh di angka 3,56 persen. Pada tahun 2022, mobilitas di Jakarta mulai meningkat dan berdampak pada kinerja ekonomi pada kuartal 2/2022 yang mampu tumbuh di angka 5,59 persen.

Jika tidak aral melintang pada dua kuartal setelahnya dan laju pertumbuhan sesuai ekspektasi. Ekonomi Jakarta diramal akan pulih pada tahun terakhir Anies memimpin Jakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper