Bisnis.com, JAKARTA - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono meminta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) dan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk melakukan sampling data kemiskinan ekstrem dan stunting di Jakarta.
Kepala Bagian Umum BPS DKI Jakarta Suryana mengatakan bahwa salah satu fokus pembahasan dari pertemuan dengan Heru pada hari ini adalah soal fenomena kependudukan di Jakarta terkait kemiskinan ekstrem dilihat bersamaan dengan stunting.
“Dalam rapat tadi kita fokuskan bagaimana caranya dalam waktu singkat melakukan intervensi yang tepat dengan menetapkan sasaran yang tepat,” ujar Suryana dalam konferensi pers di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (30/1/2023).
Adapun, untuk memperoleh data tersebut, BPS akan melakukan pendekatan secara preventif. Sementara itu, untuk kasus yang sudah teridentifikasi sebagai stunting akan dilakukan pendekatan kuratif.
“Jadi intinya kita bersama-sama sepakat untuk mempertajam arah intervensi program-program penanganan tersebut,” ujar dia.
Sekretaris Utama BKKBN Tavip Agus R menambahkan, pada 2021 sudah dilakukan pendataan keluarga terhadap lebih dari 68 juta penduduk. Kemudian pada 2022 terdapat pembaruan data lebih dari 37 juta penduduk. Hal ini dilakukan untuk menemukan warga-warga yang memiliki risiko stunting.
Baca Juga
“Pendataan tersebut penting karena secara medis mencegah lebih efektif dibandingkan mengobati orang yang sudah terlanjur stunting. Adapun pencegahan yang bisa dilakukan adalah pada fase calon pengantin, saat hamil, dan pada 1.000 hari pertama kehidupan,” jelas Tavip.
Jadi kesimpulan yang disampaikan Pj Gubernur adalah dalam waktu dekat BKKBN dan BPS akan menetapkan sample untuk memastikan data-data yang ada di Carik yang sudah terkoneksi dengan BKKBN. Nantinya, kata Tavip, sample itu akan di-profiling karena akan ada kaitannya penanganan kemiskinan ekstream dengan stunting, termasuk dengan bentuk bantuan yang ada.
"Bantuan di DKI sebetulnya juga sudah cukup banyak. Dari jumlah bantuan yang ada, logikanya sudah tidak ada penduduk yang miskin ekstrem. Inilah yang sedang dicari akar persoalannya, makanya nanti dari profiling di lapangan harapannya bisa ditemukan [akar permasalahannya],” jelas dia.