Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyebut 15 proyek mercusuar yang ditawarkan kepada investor sejak tahun lalu masih belum satu pun yang mendapatkan investor. Panjangnya proses negosiasi calon investor masih menjadi kendala terhadap nasib proyek tersebut.
Head of Jakarta Investment Center Tona Hutauruk mengatakan, melihat proyek investasi yang ditawarkan pada 2022 sampai saat dengan 2023 belum ada yang mencapai kesepakatan, dan masih membutuhkan proses negosiasi yang panjang.
“Saya harus akui saja, proses sampai terjadinya kesepakatan itu panjang, tapi tetap harus dilakukan promosi. Meskipun kami pemerintah, kami tetap melakukan jemput bola kepada investor,” ujar Tona dalam acara Jakarta Investment Forum (JIF) 2023, di Hotel St. Regis Jakarta, Kamis (3/8/2023).
Tona melanjutkan, sejauh ini sudah cukup banyak investor yang melakukan proses negosiasi dengan BUMD DKI Jakarta. Namun demikian, dirinya belum bisa menjawab berapa banyak investor yang dalam tahapan tersebut.
Adapun, 15 proyek yang ditawarkan Pemprov DKI Jakarta ke investor pada tahun lalu ditargetkan memperoleh dana investasi mencapai Rp280 triliun. Proyek tersebut terdiri atas ITF Sunter, LRT Jakarta Fase 2A, LRT Jakarta Fase 3A, dan MRT Jakarta Fase 3.
Selanjutnya, MRT Jakarta Fase 4, South Jakarta Mix-Used Development, bus listrik TransJakarta, stasiun pengisian baterai, eco resort dan eco theme park Pulau Seribu, wisata medis bagi lansia, dan landmark Jakarta.
Baca Juga
Terakhir, sentra primer Tanah Abang, PLTS Atap, instalasi limbah berbahaya dan beracun (B3), hingga MJIEPasterplan Inc. Plot 4 Project.
Namun, meski ke-15 proyek tersebut masih dalam tahapan negosiasi, Pemprov DKI sudah kembali menawarkan investasi baru kepada calon investor sebanyak 21 proyek. Proyek ini ditawarkan melalui gelaran Jakarta Investment Forum 2023.
“Kami memamerkan 21 proyek dalam gelaran JIF, dari proyek yang ditawarkan ini saja totalnya sekitar Rp300 triliun,” ujar Tona.
Angka proyek yang ditawarkan Pemprov DKI dalam gelaran tahun ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan gelaran 2022, dimana hanya sebanyak 15 proyek.
“Gelaran tahun ini dan 2022 sebenarnya tidak bisa dibandingkan karena jumlah proyeknya berbeda. Tahun lalu ada 15 proyek, tahun ini ada 21 proyek, dan sektornya juga beda, jadi tidak bisa dibandingkan,” jelasnya.