Bisnis.com, JAKARTA - Fraksi PKS DPRD DKI menyatakan wilayah pesisir Jakarta berpotensi tenggelam seiring perubahan iklim. Untuk itu Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI diminta mempersiapkan pencegahan.
Hal tersebut disampaikan oleh Anggota DPRD DKI Fraksi PKS Nasrulloh saat melakukan rapat dengan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengenai pengelolaan Kepulauan Seribu.
Dalam pertemuan tersebut, Pemprov DKI diminta untuk memberi perhatian besar terhadap wilayah pesisir Jakarta khususnya Kepulauan Seribu seiring adanya tatangan yang akan datang dari perubahan iklim, dan berpotensi mengancam kawasan pesisir Jakarta.
“Perubahan iklim memberi berbagai dampak terhadap kehidupan. Salah satunya adalah terkait kenaikan permukaan air laut. Muka permukaan tanah di pesisir DKI Jakarta mengalami penurunan dari 1925-2015 sebesar 0-4 meter,” ujar Nasrulloh di Gedung DPRD DKI, Selasa (14/11/2023).
Menurut dia jika tidak dilakukan pencegahan, maka akan menenggelamkan pulau-pulau dan daratan di pesisir Jakarta. Ancaman ini juga berpotensi menghilangkan keanekaragaman hayati di kawasan Kepulauan Seribu.
Di lain pihak, Heru Budi Hartono tidak langsung menanggapi usulan tersebut, hanya saja pihaknya akan mendiskusikan lebih lanjut untuk menangani permasalahan perubahan iklim tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga sempat menyatakan DKI Jakarta terancam tenggelam karena laju penurunan tanah di wilayah Cekungan Air Tanah Jakarta belakangan berada di rentang 0,04 centimeter (cm) hingga 6,30 cm per tahun.
Laju penurunan tersebut diidentifikasi lewat pengukuran yang dilakukan selama periode 2015 sampai dengan 2022.
Seperti diketahui, pada cekungan air Ttnah Jakarta telah dilakukan upaya pemantauan air tanah dan penurunan tanah sejak 2014 melalui pendirian Balai Konservasi Air Tanah (BKAT), yang merupakan UPT di bawah Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, Badan Geologi, Kementerian ESDM.
"Pelandaian penurunan muka tanah juga teramati pada sumur pantau manual di lokasi kantor Balai Konservasi Air Tanah Jalan Tongkol Jakarta Utara," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid seperti dikutip dari siaran pers, Sabtu (11/11/2023).
Wafid menerangkan data itu menunjukkan adanya pelandaian penurunan tanah dibandingkan periode 1997 hingga 2005. Saat itu, laju penurunan tanah berada di rentang 1 cm sampai 10 cm per tahun hingga 15 cm sampai dengan 20 cm setiap tahunnya.
Pemantauan air tanah dilakukan pada 220 lokasi tiap tahun baik pada sumur pantau, sumur produksi, maupun sumur gali, berupa kegiatan pengukuran muka air tanah dan analisis sifat fisika-kimia air tanah.