Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soal Kans RK-Suswono dan Kutukan Elektabilitas Tinggi di Pilkada Jakarta

Ridwan Kamil alias RK-Suswono dibayangi oleh kutukan elektabilitas tinggi di Pilkada Jakarta.
Pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut satu Ridwan Kamil (kiri) dan Suswono (kanan) mengikuti debat pertama pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Minggu (6/10/2024). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut satu Ridwan Kamil (kiri) dan Suswono (kanan) mengikuti debat pertama pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Minggu (6/10/2024). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA -- Para pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta saling beradu gagasan dalam debat perdana pemilihan kepala daerah alias Pilkada Jakarta 2024

Ketiga pasangan yang bertarung ide itu antara lain Ridwan Kamil (RK) - Suswono, Dharma Pongrekun - Kun Wardana, dan yang terkahir adalah Pramono Anung - Rano Karno.

RK-Suswono adalah salah satu calon yang memiliki kans menang di Pilkada Jakarta. Apalagi, paslon itu didukung 85,8% pemilik kursi di parlemen. Mayoritas pengusungnya adalah pendukung pemerintahan Joko Widodo alias Jokowi dan pengusung pasangan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024 lalu.

Di barisan pengusung RK-Suswono, juga terdapat Partai Solidaritas Indonesia alias PSI yang memperoleh 8 kursi di DKI Jakarta pada pemilihan legislatif alias Pileg 2024 lalu. PSI saat ini dipimpin oleh putra bungsu Presiden Joko Widodo alias Jokowi, Kaesang Pangarep. Kaesang telah mengungkapkan komitmennya untuk memenangkan pasangan RK-Suswono.

"Kita fokus untuk memenangkan Pak Ridwan Kamil dan Pak Suswono," ujarnya, Minggu (29/9/2024) lalu.

Sementara itu, Ketua DPW PSI Jakarta Elva Farhi Qolbina mengatakan PSI Jakarta menaruh harapan besar kepada pasangan RIDO untuk membawa perubahan yang signifikan bagi warga Jakarta.

“PSI siap menjadi perpanjangan tangan Ridwan Kamil dan Siswono di Jakarta. RIDO sangat seirama dengan nilai-nilai PSI yang berfokus pada inklusivitas dan kesejahteraan rakyat," ujar Elva.

Kendati didukung oleh mayoritas koalisi, namun demikian, elektabilitas Ridwan Kamil-Suswono masih berada di kisaran 50%. Angka ini jauh di bawah peroleh suara atau kursi partai pendukung dan pengusungnya di  Pileg 2024 lalu. Malah yang terjadi ada tren penurunan dan kemungkinan dikejar oleh pasangan Pramono - Rano.

Survei versi LSI yang dipublikasikan pada September lalu, misalnya, menunjukkan elektabilitas Ridwan Kamil - Suswono berada di angka 53,9%, Pramono-Rano 20,8% dan Dharma Pongrekun 3,3%.

Sementara dalam waktu yang tidak lama, Poltracking juga merilis hasil survei yang antara lain menunjukkan bahwa elektabilitas RK-Suswono di angka 47,5%, Pramono-Rano 31,5%, dan Dharma-Kun di angka 5,1%.

Publikasi survei elektabilitas terbaru diungkap oleh Charta Politika Indonesia yang mengungkap fenomena pergulatan antara RK-Suswono dan Pramono-Rano. Elektabilitas RK-Suswono tercatat sebanyak 48,3%, Pramono-Rano 36,5%, dan Dharma Kun 5,6%.

Bawa Nama Prabowo 

Ridwan Kamil–Suswono memastikan salah satu kelebihan yang ditawarkan kepada masyarakat Jakarta adalah hubungan yang baik dengan pemerintahan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming.

"Kalau kami terpilih salah satu kelebihannya Insyaallah hubungan kami dengan presiden terpilih akan sangat baik. Dan siapa yang diuntungkan? Yang diuntungkan warga Jakarta," ucapnya di Jakarta International Expo, Kemayoran.

Calon Gubernur Jakarta Ridwan Kamil
Calon Gubernur Jakarta Ridwan Kamil

Menurut Ridwan Kamil, hubungan antara pemerintah pusat dan daerah yang baik bisa menguntungkan warga karena bisa berdampak ke dana transfer dari pusat ke daerah.

"Kalau hubungan baik, dana transfer dari pemerintah pusat akan berlipat-lipat sehingga program-program, kartu-kartu akan lebih banyak dan sejahtera," tuturnya.

Tidak hanya itu, pria yang akrab disapa Kang Emil tersebut menyampaikan bakal melanjutkan seluruh program yang baik dari terdahulunya. "Maka masa lalu yang baik kami akan pertahankan. Semua program yang bagus dari pak Ali Sadikin, pak Sutiyoso, pak Jokowi, pak Foke [Fauzi Bowo], pak Ahok termasuk pak Anies, akan kami pertahankan," paparnya.

Elektabilitas Bukan Jaminan 

Adapun, Pilkada Jakarta selalu menyita perhatian karena penuh drama dan terkadang tensinya panas karena partai politik berlomba-lomba menjadi pemenang.

Keberadaan sosok Ridwan Kamil, Pramono Anung hingga calon kepala daerah dari jalur independen, Dharma Pongrekun, merupakan kejutan dan bagian drama tersebut. Tiga orang itu berhasil ‘mengalahkan’ Anies Baswedan dalam proses perebutan tiket sebagai calon gubernur Jakarta.

Di sisi lain, kegagalan Anies maju sebagai calon kepala daerah alias cakada Jakarta, membuktikan bahwa ‘mitos’ petahana selalu gagal untuk melanjutkan pemerintahannya pada periode kedua belum terpecahkan.

Sekadar catatan, sejak Pilkada digelar secara langsung, tidak ada satupun petahana yang berhasil menang atau maju untuk kedua kalinya. Fauzi Bowo (2007-2012), misalnya, kalah melawan Joko Widodo (Jokowi) pada Pilkada 2012 lalu, Jokowi tidak menyelesaikan jabatannya karena terpilih sebagai presiden pada Pilpres 2024.

Sementara itu Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang menjadi gubernur menggantikan Joko Widodo (Jokowi) juga gagal dalam Pilkada 2017. Ahok kalah melawan Anies Baswedan. Tahun 2024, Anies gagal melaju sebagai calon kepala daerah usai drama yang terjadi di internal PDIP.

Selain itu, dalam catatan Bisnis, Pilkada Jakarta juga termasuk kontestasi politik yang nyaris tidak bisa diprediksi. Modal elektabilitas tinggi tidak cukup bagi kontestan untuk memenangkan pertarungan di Jakarta.

Pada Pilkada 2012 lalu misalnya, elektabilitas Fauzi Bowo mencapai lebih dari 40%. Setidaknya jika mengacu kepada publikasi Cyrus Network, elektabilitas Fauzi Bowo mencapai 42,4%, sementara itu elektabilitas Jokowi hanya di kisaran 30 persen.

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok

Namun demikian, hasil Pilkada 2012 justru menunjukkan yang sebaliknya. Jokowi menang dengan angka 53,82% dan Fauzi Bowo hanya memperoleh suara sebanyak 46,18%.

Tren serupa juga terulang pada Pilkada 2017, elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Data Litbang Kompas 4 Februari 2017, Ahok memiliki tingkat keterpilihan hingga mencapai 36,2%.

Sementara itu dua kompetitornya yakni Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono masing-masing sebanyak 28,5% dan 28,2%. Tingkat kepuasan terhadap Ahok juga di atas 68%. Namun demikian Pilkada 2017 lalu, Ahok kalah melawan Anies dalam Pilkada yang berlangsung dua ronde. Ahok 42% dan Anies hampir 58%.

Adapun Pilkada 2024, Anies Baswedan gagal maju karena tidak memperoleh tiket dari partai politik. Padahal, elektabilitas Anies sebelumya telah mencapai 29,8%.

Dibenarkan Pengamat

Adapun Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio menilai a pasangan calon yang memiliki elektabilitas tinggi berdasarkan survei malah akan menelan kekalahan.

Menurut dia, selama ini belum pernah ada calon yang memiliki survei elektabilitas tertinggi bisa memenangkan Pilkada Jakarta. "Dulu Fauzi Bowo pas 2012 itu surveinya tinggi, kalah sama Jokowi. Ahok juga sama, 2017 memiliki survei tinggi, tumbang oleh Anies, jadi menurut saya biasanya yang surveinya tinggi justru kalah di Pilkada Jakarta," katanya dilansir dari Antara.

Menurut Hensat kemenangan pasangan calon di Pilkada Jakarta ditentukan oleh kuatnya basis akar rumput partai pengusung. Hensat melanjutkan, sejarah itu terbukti sejak Pilkada Jakarta digelar secara langsung pada tahun 2007 lantaran hanya satu kali paslon yang didukung banyak parpol memenangkan kompetisi.

Hal tersebut terjadi ketika Fauzi Bowo mengalahkan Adang Daradjatun dari PKS di tahun 2007. "Sisanya? Jokowi menang karena akar rumput PDI Perjuangan di 2012, namun Anies Baswedan di 2017 juga bermodalkan akar rumput PKS-Gerindra berhasil mengalahkan Basuki Tjahja Purnama yang diusung PDI Perjuangan, Golkar, Hanura, dan Nasdem," lanjutnya.

Saat ini, Pilkada Jakarta diramaikan oleh nama-nama besar seperti Ridwan Kamil dari Golkar dan Pramono Anung dari PDI Perjuangan. Hingga saat ini, Hensat belum bisa memastikan elektabilitas mana yang paling tinggi dan berpotensi memenangi kursi Gubernur Jakarta.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper